Haji Metaverse
Oleh: Dhimam Abror DjuraidPara pemuka agama harus berburu dengan waktu, berkejar-kejaran dengan perkembangan teknologi digital. Dunia nyata sudah mengalami transformasi menjadi dunia virtual yang sudah menjadi jagat tersendiri, yang disebut jagat khayal atau ‘’Metaverse’’.
Selama ini kita mengenal ‘’universe’’ atau jagat raya. Uni berarti satu atau tunggal. Namun, ternyata dunia digital bisa menciptakan jagat raya baru yang bakal menyaingi universe.
Metaverse menciptakan realitas virtual yang nyata. Dunia meta ini bisa menciptakan Dufan Ancol, Disneyland, atau Menara Eiffel, yang bisa kita jelajahi seperti kita menjelajahinya secara fisik. Realitas digital itu begitu real sehingga tidak bisa lagi dibedakan dengan realitas yang sesungguhnya.
Teknologi 3D bisa mencetak duplikasi Eiffel secara nyata dan menghadirkannya di depan mata kita. Teknologi 3D bisa mencetak Ka’bah dengan detail yang sama persis dengan aslinya dan bisa hadir di depan kita.
Ditambah dengan kehadiran Metaverse, kita bisa menelusuri area Ka’bah dan melakukan thawaf dan kemudian mencium hajar Aswad yang dimuliakan.
Itulah realitas virtual yang dihadirkan secara nyata melalui ‘’Metaverse’’. Pemerintah Arab Saudi sudah mengeluarkan versi resmi Ka’bah di Masjid Al-Haram dalam versi Metaverse. Setiap orang yang bisa mengakses teknologi itu bisa menyaksikan kehadirannya secara virtual.
Otoritas Saudi sudah meluncurkan Ka’bah virtual ini di Metaverse, akhir tahun lalu. Imam Besar Masjid Al-Haram Abdurrahman Al-Sudais sudah mencoba memakainya dalam launching produk itu. Masyarakat Islam di seluruh dunia menyambut perkembangan itu dengan gembira sekaligus waspada.
Kalau Ka’bah sudah bisa diciptakan dalam realitas virtual melalui Metaverse, lantas apakah umat Islam akan bisa melaksanakan ibadah umrah atau haji secara virtual? Ketika kondisi dunia masih terbelenggu oleh pandemi, dan ibadah haji dan umrah masih dibatasi dengan ketat, kehadiran Ka’bah Metaverse ini bisa menjadi alternatif pengobat kerinduan.