Indonesia Jangan Lengah, Harus Bisa Rebut Peluang Ekonomi Secara Geopolitik
Disusul pada Oktober 2013, Presiden China Xi Jinping mengenalkan kebijakan ekonomi yang dia sebut 'Jalur Sutera Maritim' (Maritime Silk Road) pada pidato 30 menit di forum resmi DPR RI yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Jangan lupa juga, pada forum Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur di Naypyidaw, Myanmar, November 2014 Presiden Ke-7 RI Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan bertema 'Poros Maritim Dunia'. Boleh jadi peristiwa itu penting sudah jadi legalitas alias masuk sebagai lembaran kenegaraan. Tapi kita perlu bertanya, apakah pidato tersebut sudah mendefinisikan posisi geopolitik ekonomi Indonesia dan terjabarkan secara operasional menjadi panduan bagi jajaran di pemerintah? Saya, sih, percaya sudah," tukasnya.
Marwan yang juga mantan Menteri Desa-PDTT itu berpendapat, penting bagi pemerintah menjadikan ide presiden di konferensi internasional tersebut sebagai strategi besar menempatkan posisi tawar ekonomi Indonesia secara geopolitik.
Utamanya terkait memasarkan produksi berbagai sumber daya alam dan energi serta memberikan respons melalui gagasan Poros Maritim Dunia (Global Maritime Nexus).
Terkait hal itu, tentu saja melalui berbagai diplomasi internasional. Diharapkan publik juga mengetahui sejumlah kebijakan dan program pemerintah khususnya di bidang perdagangan, industri, investasi dan tekad menjadikan BUMN Indonesia kelas dunia.
"Serta kemampuan bersaing sedang dan terus dilakukan secara serius. Sejumlah kalangan mulai dari pengusaha UKM, menengah hingga swasta besar juga sudah saatnya turut menyadari betapa mendesak, strategis dan sangat pentingnya menjadikan pendekatan posisi geopolitik ekonomi sebagai tekad berbisnis mereka. Tanpa menyadari pendekataan itu, kita bakal ketinggalan kereta perdagangan dunia," pungkas Marwan. (flo/jpnn)