Industri Pacuan Kuda Indonesia Harus Kolaboratif & Inovatif Hadapi Perkembangan Global
Aryo menyampaikan bahwa konferensi ini sangat baik sebagai sebuah platform bagi para pemangku kepentingan untuk lebih berkolaborasi demi kemajuan industri pacuan kuda Asia dan khususnya di Indonesia.
Bagaimana science, teknologi dan research dapat meningkatkan potensi industri pacuan, dan dalam konferensi ini, kita bisa membahas dan berdiskusi bersama untuk mendapatkan solusi dan inovasi menghadapi tantangan di industri pacuan kuda, khususnya terkait penggunaan artificial intelligence.
“Industri pacuan kuda di Indonesia harus kolaboratif dan inovatif menghadapi perkembangan industri di kancah global,” ujarnya.
Dalam konferensi ini juga dilakukan studi banding ke lokasi seperti Shadai Stallion Station dan Nothern Farm, pusat-pusat pengembanganbiakan kuda pacu di Jepang. Jepang sudah sangat terkenal dengan industri pengembangbiakan kuda pacu kelas dunianya. Salah satu hasil dari industrinya adalah seekor kuda bernama Equinox yang mendapatkan gelar Kuda Pacu Terbaik versi Longines di 2023.
Dalam kesempatan tersebut, Aryo juga menyampaikan secara langsung kepada Winfried Engelbrecht-Bresges selaku Chairman Asian Racing Federation (ARF) mengenai industri pacuan kuda di Indonesia yang sudah berubah dan berkembang pesat.
Indikasi perkembangan tersebut antara lain dengan digelarnya dua event pacuan kuda tahun ini di Bantul, Yogyakarta yang dilaksanakan oleh Sarga. Banyak penggemar pacuan kuda dari generasi muda yang hadir dan sangat antusias dalam menghadiri acara pacuan kuda tersebut.
Hal ini tentu menjadi potensi yang sangat besar mengingat penduduk Indonesia saat ini didominasi anak muda. Sensus Badan Pusat Statistik Tahun 2020 mencatat, jumlah Generasi Z (lahir 1997-2012) di Indonesia mencapai 74,93 juta jiwa atau 27,94 persen populasi.
Adapun Milenial (lahir 1981-1996) berjumlah 69,38 juta jiwa atau setara 25,87 persen populasi. Sementara Generasi X (1965-1980) tercatat 58,65 juta jiwa atau setara 21,88 persen populasi.