Ingat Anas, Shangrila dan Lijiang
Oleh Dahlan IskanSenin, 17 Desember 2018 – 06:06 WIB
“Dekat sekali,” jawabnya. “Tidak sampai sepuluh menit.”
Pembicaraan terhenti. HP-nya berdering. Ia sibuk dengan HP-nya.
Mobil memasuki perumahan. Komplek ini masih baru. Ada gerbang perumahannya. Khas Tiongkok.
Ia masih terus cang-cing-cung. Lewat HP-nya. Saat mobil berhenti di pinggir jalan. Di depan sebuah rumah. Rumah biasa. Rumah tangga.
Pantas saja. Ketika ditanya apa nama hotelnya dijawab “Dekat sekali”.
Saya mendapat kamar di lantai atas. Satu kamar. Yang dua kamar masih kosong.
Sebelum tidur saya turun ke lobi. Eh, ke ruang tamu. Tuan rumahnya lagi asyik.
Sopir tadi. Pemilik hotel beneran, ternyata.