Ini Tiga Poin Surat Terbuka Bu Retno kepada Mas Nadiem Makarim, Keras!
"Pada era pandemi, PJJ secara daring maupun luring sarat kendala, mengapa Mas Menteri yang dijuluki menteri milenial justru terkesan tak berdaya? Tidak terlihat langkah-langkah konkret Kemdikbud mengatasi berbagai kendala PJJ," tulis Retno mempertanyakan.
Retno mengatakan bahwa hasil survei berbagai pihak terhadap PJJ fase pertama seharusnya dapat dijadikan dasar menyelesaikan masalah. Namun, tidak ada terobosan apa pun selama berbulan-bulan sehingga permasalahan pelaksanaan PJJ fase kedua masih sama.
"Padahal, jutaan anak Indonesia saat ini terkurung di rumah, dan para orang tua cemas terhadap efek jangka panjang pada anak-anak akibat terisolasi di rumah, kehilangan hak bermain, kesempatan bersosialisasi dan terlalu lama beristirahat dari kegiatan akademik dan ekstrakurikuler di sekolah," sebutnya.
PJJ adalah hal baru bagi anak, orang tua, ataupun sekolah. Ibaratnya, kata Retno, tidak ada satu pihak pun yang memiliki bekal cukup untuk menjalaninya. Baik secara pedagogis maupun psikologis.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika survei KPAI terkait PJJ fase pertama berjalan tidak efektif dan 77,8% responden siswa mengeluhkan kesulitan belajar dari rumah dengan kompleksitas masalahnya. Bahkan, orang tua ikut tertekan saat mendampingi anaknya saat PJJ.
Lewat surat terbuka itu, Retno mengingatkan bahwa Menteri Nadiem memiliki kewenangan sekaligus tanggung jawab besar bagi pelayanan dan pemenuhan hak atas pengajaran dan pendidikan bagi anak-anak Indonesia.
"Oleh karena itu, dengan kewenangan besar yang anda miliki, seharusnya anda dapat meringankan beban dan derita anak-anak Indonesia dalam PJJ fase kedua," tegasnya.
Satu hal lain yang disarankan Retno yaitu meminta Mas Nadiem membatalkan program organisasi penggerak (POP) dan mengalihkan anggarannya untuk mengatasi kendala PJJ yang sudah berlangsung hampir 5 bulan.