Ini Tiga Tantangan Berat Bulog
jpnn.com - JAKARTA - Bulog harus berjuang ekstra keras dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini lantaran tantangan yang dihadapi Bulog saat ini sangat berat.
”Mereka harus punya usaha yang lebih tinggi dan harus lebih gigih,” kata Guru Besar Fakultas Pertanian UGM Profesor Mashuri kepada wartawan, kemarin. Dia menambahkan, setidaknya terdapat tiga hal yang membuat perjuangan Bulog lebih berat.
Pertama, karena penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang agak terlambat. Jika saja HPP ditetapkan sejak awal, tentu Bulog bisa lebih cepat bergerak. Kedua, adanya isu bahwa tidak boleh impor.
Menurutnya, isu tersebut sangat merugikan Bulog dan berpotensi mengundang spekulan. Dan, ketiga, adanya usulan sebelum ini tentang penghapusan raskin. ”Semua kondisi tersebut sangat merugikan bagi Bulog dan berimbas sampai sekarang,” katanya.
Dalam konteks itu, Mashuri menegaskan, pemerintah seharusnya memberi dukungan yang lebih besar kepada Bulog. Apalagi di tengah masyarakat yang masih menghendaki kondisi harga beras stabil, bukan harga yang semata-mata ditentukan harga pasar.
Dalam kaitan itu pula, Mashuri menilai bahwa usulan Mendagri Tjahjo Kumolo bahwa Bulog akan dibubarkan, sebagai usulan yang tidak masuk akal.
“Itu kan ngalor ngidul. Ingin ke utara, tetapi berjalan ke Selatan. Inginnya harga stabil, namun malah Bulog akan dibubarkan. Bagaimana mungkin. Kan Bulog yang memiliki peran dalam stabilisasi harga,” kata Mashuri.
Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Lampung Medi Istianto mengatakan, dengan harga pasar saat ini yang jauh di atas HPP, Bulog tidak hanya melakukan upaya jemput bola namun juga banyak melakukan sosialisasi, salah satunya tentang Inpres No 5/2015. ”Upaya yang dilakukan Bulog ini sangat luar biasa dan membanggakan,” katanya.