Jadi Cyber University, Universitas Terbuka Menghadapi 2 Tantangan
jpnn.com, TANGSEL - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim sudah menetapkan Universitas Terbuka (UT) sebagai Cyber University di Indonesia.
Untuk mengokohkan jati diri sebagai Cyber University, menurut Rektor UT Prof Ojat Darojat, langkah konkret yang diambil adalah dengan memodernisasi seluruh kegiatan kemahasiswaan. Mulai dari registrasi online, bahan ajar digital interaktif dan dapat dipelajari di mana saja. Juga layanan bantuan belajar yang serba online. Ujian juga dengan sistem online.
"Dari sisi manajemen telah diimplementasikan kemajuan tersebut. Sistem kami sudah ditopang aplikasi piranti lunak. Bisa dilihat dari jumlah mahasiswa UT yang mencapai 350 ribu, dosen kami hanya 666 orang. Jadi UT sudah menerapkan padat modal," terang Prof Ojat usai upacara penyerahan ijazah 501 wisudawan UT Serang di Kampus UT, Pondok Cabe, Tangsel, Banten, Minggu (19/1).
Namun, lanjut Ojat, ada dua tantangan yang dihadapi UT. Pertama, akses jaringan, dari 514 kabupaten/kota, tidak semua ada sistem jaringan. Itu sebabnya harus ada kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika agar dibangun Base transceiver station (BTS) di wilayah-wilayah pelosok.
"Mahasiswa UT kan tersebar di pelosok. Nah, mereka ini kesulitan mengakses sistem online karena tidak ada jaringan. Bahkan ada yang cari jaringan harus naik ke atas pohon dan gunung," terangnya.
Minimnya akses ini, membuat hanya 50 ribuan mahasiswa UT yang memanfaatkan pembelajaran online. Sedangkan 300 ribu mahasiswa menggunakan metode offline.
Tantangan kedua, minimnya fasilitas komputer dan rendahnya literasi IT mahasiswa. Walaupun jaringannya ada tetapi ada juga mahasiswa yang tidak bisa menggunakan pembelajaran online.
"Banyak mahasiswa yang masih gaptek karena itu UT terus menyosiasisasikan ke mahasiswa terkait skill menggunakan IT," ujar Ojat.