Jakarta E-Prix, Adu Cepat untuk Ikhtiar Mengampanyekan Udara Sehat
Jakarta sebagai kota metropolitan dengan mobilitas masyarakat yang sangat tinggi memiliki udara tidak sehat.
Asap dari kendaraan bermotor maupun industri menjadi polutan yang mencemari udara Jakarta.
Perusahaan teknologi kualitas udara IQAir beberapa kali memasukkan Jakarta ke dalam dalam daftar kota besar dengan kualitas udara terburuk.
Salah satu contohnya ialah ketika situs perusahaan yang berbasis di Swiss itu mencatat Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada 29 Juli dan 29 September 2019.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga punya data lain yang menunjukkan buruknya udara Jakarta.
Indeks standar pencemaran udara (ISPU) dari BPS mengungkap jumlah 'hari tidak sehat' di DKI Jakarta fluktuatif dari tahun ke tahun.
Menurut BPS, sepanjang 2017 terdapat 64 'hari tidak sehat' di Jakarta. Angka itu melonjak menjadi 166 hari pada 2018. Pada 2019, jumlah 'hari tidak sehat' di Jakarta meningkat lagi menjadi 187. Namun, jumlah itu turun menjadi 90 hari pada 2020.
Pandemi Covid-19 yang mendorong pemerintah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) punya andil dalam menurunkan jumlah 'hari tidak sehat' itu. Pada masa PSBB, aktivitas maupun mobilitas masyarakat di luar rumah memang berkurang sehingga kualitas udara Jakarta pun membaik.