Kebutuhan SDM Berkompeten Makin Meningkat, Begini Pentingnya Pendidikan Vokasi
Tauvik menambahkan pihaknya memberi dukungan teknis bagi Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk mengimplementasikan peran-peran BKS dalam pengembangan keterampilan vokasi yang sesuai dengan permintaan pasar.
Di sisi lain, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan tenaga kerja Indonesia harus mampu beradaptasi di era revolusi industri 4.0.
Sebab, adopsi digitalisasi perusahaan Indonesia saat ini baru sebesar 20 persen sementara di negara lain seperti Singapura, Korea dan Tiongkok sudah mencapai 40 persen.
"Agar SDM tetap mampu bersaing di era digital, perlu menambah skill dengan cara reskiling atau upskilling. Peningkatan lapangan pekerjaan juga harus sejalan dengan peningkatan investasi. Bila tidak diantisipasi, revolusi industri dapat bergeser menjadi revolusi sosial," tutur Arsjad.
Kemudian, Direktur Bina Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan Direktorat Bina Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Muchtar Aziz menjelaskan pemerintah terus mempersiapkan penyediaan infrastruktur dan konten pelatihan yang bersifat digital dan fleksibel sebagai salah satu upaya menghadapi puncak bonus demografi pada 2030 nanti.
Kemnaker, lanjut Aziz, berencana mengadaptasi konsep pengembangan kompetensi dan fasilitas yang tersedia di Pusat Pelatihan Vokasi WIFI Burgenland, Eisenstadt, Austria demi meningkatkan kemampuan peserta didik vokasi Indonesia dalam berkompetisi di dunia kerja.
Selain itu, dia juga mengatakan peran program pemagangan industri yang akan makin meningkatkan kompetensi sekaligus memuluskan transisi dari dunia pelatihan dan pendidikan ke dunia kerja.
Bukan hanya peserta didik, tenaga pendidik juga dinilai harus mengikuti program pemagangan agar memahami perkembangan industri.