Kisah Pilot-Pilot yang Sukses Lakukan Pendaratan Darurat (2-Habis)
Bukukan Penyelamatan dalam Miracle of FlightSabtu, 08 Agustus 2009 – 06:14 WIB
Namun, usaha itu pun tidak membawa hasil. Keadaan dalam pesawat gelap karena electrical power mati. Pada saat yang sama, pesawat terus turun dari 23.000 feet hingga ke 8.000 feet. Terbayang di benak Rozaq nasib penumpang yang tidak tahu-menahu peristiwa yang sedang terjadi.
Sebelum masuk awan tebal, pesawat sempat kontak dengan ATC (air traffic control) Semarang yang memberi dia clearance (izin) turun ke 9.000 kaki. Itulah kontak terakhir dengan menara pengawas sebelum mesin mati. Alumni STP Curug 1979 itu mengaku pasrah. Kopilot terus mengirim pesan. "Mayday"mayday" berulang-ulang, namun tidak ada jawaban. "Saya bilang, percuma karena semua peralatan mati. Radio juga mati," tuturnya.
Kondisi semakin kritis. "Saat itu saya berteriak Allahu Akbar..., Allahu Akbar", Allahu Akbar"," kata alumnus pelatihan DC-9 di Zurich itu. Pesawat tiba-tiba keluar dari awan sehingga dia bisa melihat dengan jelas semua yang terhampar di hadapannya. Rozaq berpikir, harus segera mendaratkan burung besi seberat 62 ton lebih itu dengan cermat.