Koreksi Hutan Era Jokowi Berhasil Buka Ribuan Lapangan Kerja
jpnn.com, YOGYAKARTA - Presiden Joko Widodo mengaku sempat sedih empat tahun lalu saat baru menjabat sebagai Presiden Indonesia. Dia sedih melihat masyarakat sekitar hutan justru terabaikan kesejahteraannya.
Langkah koreksi pun dilakukan secara menyeluruh. Salah satunya, Presiden memerintahkan Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan (LHK) membangun Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), dan rakyat diberi akses legal ikut mengelola hutan secara lestari melalui Perhutanan Sosial.
''KPH dapat mendorong masyarakat memanfaatkan hutan secara tepat dan lestari. Contohnya saja ulat sutera, hanya ada di beberapa titik seperti di Gorontalo, Maros. Padahal itu bisa ribuan titik yang dikembangkan,'' kata Presiden Jokowi saat menghadiri Festival KPH di kawasan Hutan Pinus Mangunan, Dlingo, Bantul, Yogyakarta Jumat (28/9).
Kini kolaborasi antara KPH, masyarakat dunia usaha, dan ilmu pengetahuan, telah mulai dinikmati. Ratusan ribu lapangan kerja terbuka, dan masyarakat sekitar hutan diyakini akan kian sejahtera seiring dengan berbagai langkah koreksi tata kelola hutan yang terus berjalan. Khususnya dari program Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial.
''Hutan harus bisa mensejahterakan rakyat, dan masyarakat desa hutan harus lebih makmur, bukan sebaliknya,'' tegas Presiden Jokowi di hadapan ribuan rakyat yang hadir.
Sementara itu, Menteri LHK Siti Nurbaya mengungkapkan, tidak kurang dari 151.400 orang saat ini bisa terserap dengan pola padat karya kehutanan dalam setahun.
Jumlah ini akan semakin meningkat seiring dengan arahan Presiden Jokowi untuk menaikkan 10 kali lipat luasan rehabilitasi lahan dibandingkan rata-rata dalam setahun.
Rakyat juga kini bisa melakukan tebang tanam pohon kayu pada lahan mereka sendiri, seluas 102.000 ha. Ini dapat menyerap sekitar 510.000 orang tenaga kerja, dengan volume kayu yang berputar tiap tahun sekitar 9,53 juta m3, khususnya Hutan Rakyat Pulau Jawa.