Malari Membakar Jakarta, Antara Persaingan Elite Tentara dan Sentimen Anti-Tionghoa
Menurut Panda, fakta saat itu menggambarkan situasi nasional sedang dilanda berbagai isu, mulai masalah perekonomian awal Orde Baru, gerakan mahasiswa, arus penentangan modal Jepang, krisis pangan, sampai pertikaian antara kelompok Soemitro dengan kubu Ali Moertopo.
“Tidak hanya itu, surat kabar juga dianggap sebagai biang kerok meletusnya Malari karena liputannya gencar menentang modal asing, khususnya Jepang yang diangap arogan,” kisah Panda.
Adapun Retnowati Abdulgani-Knapp dalam bukunya, Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia’s Second President, menyuguhkan kisah tentang demonstrasi yang awalnya memprotes strategi pembangunan, pada akhir 1973 justru mulai berubah menyuarakan tuduhan salah kelola atas kekayaan negara.
“Sasaran utamanya adalah kelompok penasihat presiden, para cukong, kroni, dan sanak saudara dari para penguasa. Ali Moertopo, Soedjono Hoemardano, Liem Sio Liong, Liem Bian Kie, dan bahkan Ibu Tien sendiri diserang terang-terangan,” kisah Retnowati.
Ali Moertopo yang menjadi sasaran pedemo mengingatkan para mahasiswa menghentikan demonstrasi yang saat itu marak.
Namun, Jendral Soemitro justru menemui para pedemo dan berorasi.
Soemitro pun dituduh memanfaatkan situasi politik saat itu demi memenuhi ambisi pribadinya.
Memang Soeharto bersedia menerima para mahasiswa pada 11 Januari 1974. Namun, pertemuan itu terlihat canggung.