Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ma’ruf Amin: Saya tak Pernah Berharap jadi Wapres

Senin, 13 Agustus 2018 – 12:44 WIB
Ma’ruf Amin: Saya tak Pernah Berharap jadi Wapres - JPNN.COM
Kiai Haji Maruf Amin. Foto dok JPNN.com

Kapan pembahasan itu akan dilakukan?
Itu kan ada aturannya seperti apa.

Jadi Anda bersedia nih men­gundurkan diri dari Rais Aam PBNU?
Nanti dilihat apa yang harus saya lakukan. Apa saya harus mengundurkan diri atau saya otomatis dianggap mengundur­kan diri. Nanti itu ada mekanis­menyalah.

Kalau boleh tahu sebetulnya Anda menginginkan jabatan wapres ini atau seperti apa sih?
Saya memang tidak per­nah berharap, menginginkan, berangan-angan untuk menjadi wapres. Saya ini disuruh men­jadi kiyai oleh keluarga saya.

Kenapa Anda akhirnya ber­sedia?
Karena dorongan Pak Rommy (Romahurmuziy) ini, apalagi setelah menyebut 10 nama, nama saya ternyata masuk, nah di situ nama saya mulai disebut-sebut. Setelah itu saya berdoa kepada Allah SWT, seperti doa biasa. 'kalau memang wapres ini baik buat saya, baik buat bangsa saya, baik buat negara saya, dekatkan saya. Namun kalau itu jelek untuk saya, untuk dunia akhirat saya, buat bangsa negara saya, maka jauhkan saya.' Makanya dari situ saya tidak menyiapkan tim.

Bagaimana sih proses saat Anda diberi kabar oleh Presiden Jokowi kalau Andalah yang dipilih menjadi cawapresnya?
Ketika kemarin sore, saya biasa saja. Sore itu saya sedang mengumpulkan dana-dana untuk gempa Lombok. Namun kabar itu datang setelah pukul 4 sore, saya diminta untuk datang ke suatu tempat. Katanya sudah mengarah ke Pak Mahfud, 'Oh tidak, ini ada arah baru, katanya (Rommy) muter'. Jam 4.30 Pak Rommy kasih tahu saya, dan jam 5 sore Bu Megawati menelpon saya.

Apakah sebelumnya Presiden Jokowi pernah mengajak Anda berdiskusi tentang cawapres?
Saya cuma waktu itu di pesa­wat dimintai pendapat, lalu saya bilang, Pak terima saja semua calon wakil presiden. Untuk kri­terianya itu nanti Bapak istikarah. Nah nanti hasil istikharahnya itu dikonsultasikan kepada ulama. Tadi saya tanya, pertama saya ucapkan terima kasih Bapak Presiden memilih saya menjadi cawapres, kok Bapak memi­lih saya. Terus presiden bilang, 'Iya, ini kan disuruh oleh Pak Kiyai, disuruh istikharah, dan istikharah saya ya Pak Kiyai'. Jadi saya ingin membantu Pak Presiden. Untuk itu kita harus menjaga pilpres ini agar tidak terjadi kegaduhan, tidak men­imbulkan permusuhan.

Kesibukan menjadi wapres bukan hanya ketika proses pemilihan saja, nanti ketika terpilih apakah Anda masih sanggup untuk melaksanakan tugasnya mengingat usia Anda sudah cukup sepuh?
Nah, kalau nanti kita berhasil memenangkan, kita akan mem­bantu presiden, itu akan ada timnya. Namun yang terpenting adalah persatuan bangsa. Karena bangsa ini dibangun dengan lan­dasan yang kuat, landasan kes­epakatan. Pancasila itu adalah kesepakatan NKRI. Karena itu kita harus menjaga kesepakatan ini. Islam kita juga ada kesepakatan.

Lalu kita perkuat dengan ukhuwah islamiyah dan ukhu­wah wathoniyah. Itu untuk men­jaga keutuhan bangsa ini, karena kalau negara tidak utuh, maka tidak bisa membangun. Kedua, yaitu keamanan. Kalau tidak aman maka tidak bisa mem­bangun, seperti di Afganistan. Ketiga, pemberdayaan ekonomi umat, keempat pembangunan karakter, kelima penegakan hukum.

Kiai Ma'ruf Amin bercerita mengenai detik-detik penunjukan dirinya untuk mendampingi Joko Widodo pada Pilpres 2019.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close