Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Mayor Heri Haryadi, “Pemberi Nyawa” Kendaraan-Kendaraan Bersejarah

Jumat, 27 Maret 2015 – 13:56 WIB
Mayor Heri Haryadi, “Pemberi Nyawa” Kendaraan-Kendaraan Bersejarah - JPNN.COM
CINTA SEJARAH: Mayor Heri Haryadi di samping Panser Scout Daimler Dingo yang telah direstorasinya. Kendaraan tempur itu merupakan peninggalan tentara Sekutu pada Agresi Militer I. (Ariski Prasetyo/Jawa Pos)

Ketika masuk ke Jawa, pasukan Sekutu dan NICA langsung menyebar ke seluruh penjuru wilayah. Mereka berhasil menaklukkan satu per satu kota di Jawa Barat. Dari Ciamis, mereka lalu berusaha menaklukkan Tasikmalaya. Namun, di Karangresik pasukan itu disergap Detasemen Garuda Putih yang dipimpin Kapten Burdah yang tidak lain adalah ayah kandung Si Raja Dangdut Rhoma Irama. Terjadilah pertempuran dahsyat. Dengan perlawanan tidak kenal menyerah, Garuda Putih akhirnya berhasil menaklukkan pasukan Belanda.

Setelah mengalahkan pasukan Sekutu-NICA, kata Hari, tentara Indonesia kembali masuk ke hutan. Sementara itu, pasukan Sekutu-NICA meninggalkan sejumlah kendaraan perang, termasuk Panser Scout Daimler Dingo.

Nah, untuk menghormati perjuangan warga Ciamis dan Tasikmalaya yang ikut bertempur bersama pasukan Detasemen Garuda Putih, Kodam III/Siliwangi membangun Monumen Karangresik di lokasi pertempuran. ’’Kendaraan perang peninggalan tentara Sekutu itu juga dipajang di monumen tersebut sebagai saksi bisu,’’ jelas prajurit 41 tahun itu.

Semula, ada tiga kendaraan yang dipajang di monumen tersebut. Selain Panser Scout Daimler Dingo, ada tank dan Jeep Gurkha. Namun, seiring berjalannya waktu, satu per satu kendaraan itu hilang dijarah orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Hari mengaku sempat melihat monumen tersebut pada 1987 saat masih kelas 6 SD. Waktu itu, sekolah Hari mengadakan study tour di Monumen Karangresik. Menurut dia, kondisi monumen sudah tidak terawat. Banyak coretan dan sampah di sana-sini. Selain itu, banyak benda koleksinya yang hilang. Tinggal patung-patung dan Panser Scout Daimler Dingo yang sudah rusak.

’’Bodi panser itu sudah berkarat. Terlihat tidak terawat,’’ ungkap lulusan Pascasarjana ITB itu.

Selang 27 tahun kemudian, tepatnya Agustus 2014, Hari kembali melihat panser itu. Kali ini dia sudah menjadi tentara dengan pangkat mayor. Saat itu, dia bersama para pemerhati sejarah ingin melihat dari dekat lokasi pertempuran Detasemen Garuda Putih melawan pasukan Sekutu-NICA tersebut.

Saat kembali melihat panser itu, Hari sangat sedih. Sebab, kondisi kendaraan tempur tersebut semakin mengenaskan. Banyak bagian mobil yang hilang. Mulai ban, mesin, gear box, serta lampu. Bagian bodinya juga dijarah orang. ’’Bodi kendaraan itu dicuri dan dijual kiloan,’’ terangnya.

Mayor Heri Haryadi bisa dikatakan bukan tentara biasa. Tangan dinginnya terampil sehingga mampu menyulap kendaraan-kendaraan bersejarah yang kuno

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close