Mbah Uti Punya 7 Cucu, Kades Perempuan Tertua di Kabupaten Kediri
Sudjiati sendiri memiliki sebutan akrab dari beberapa rekan kerjanya. Baik itu rekan kades, perangkat desa atau pamong bahkan camat.
“Saya sering dipanggil Mbah Uti (nenek, Red) oleh kades-kades lainnya. Bahkan ada juga camat memanggil saya dengan sebutan tersebut,” ungkap kades kelahiran 1955 ini sembari tersenyum.
Awalnya hanya satu kades yang memanggilnya dengan sebutan itu. Sudjiati ingat betul bahwa sebutan tersebut kali pertama datang dari kades Puhjarak, Plemahan.
Selayaknya bola salju yang menggelinding, panggilan itu pun semakin banyak digunakan kades lain. Hingga akhirnya, saat ada agenda rapat atau perkumpulan kades, seringkali rekannya memanggilnya Mbah Uti. Baik saat perkumpulan di tingkat kecamatan maupun kabupaten.
Lambat laun panggilan itu semakin melekat pada dirinya. Sudjiati pun menjadi terbiasa. Ia menganggap bahwa panggilan tersebut merupakan sebuah hal yang lumrah. Makanya, kades perempuan ini tidak merasa keberatan dengan panggilan tersebut.
Sudjiati justru mengaku senang dengan panggilan Mbah Uti itu. Ia memaknainya sebagai hal yang positif. Di luar hal itu, pada umurnya yang terbilang telah lanjut usia (lansia) itu, ia merasa, sudah sepantasnya dipanggil dengan sebutan nenek.
“Lah, memang sudah pantes kok. Cucu saja sudah ada tujuh orang. Mereka (cucu, Red) juga memanggil saya Mbah Uti. Jadi saya sudah terbiasa dengan sebutan tersebut,” papar kades kelahiran Trenggalek ini.
Sudjiati memang tidak pernah menganggap umur sebagai sebuah penghalang. Apalagi untuk urusan beraktivitas dan bekerja. Ia justru merasa aneh jika harus berdiam diri tanpa melakukan sebuah aktivitas.