Membongkar Rahasia Totem Di Mulut Goa Ratu
Semua dilakukannya dengan senang hati. Tanpa ada embel-embel apa pun. Bujang Parewa selalu ingat dengan nasehat ibunya yang mengingatkan agar selalu ikhlas melakukan apa saja dan senantiasa membantu orang yang butuh pertolongan.
***
"Nih...ada titipan surat buat kamu Parewa," tutur Pak Ragil seraya menyodorkan secarik amplop berbungkus rapi.
Parewa sedikit terheran-heran, "dari siapa ya?" gumamnya bertanya pada diri sendiri. Surat itu disambarnya dan dipatutnya lama-lama. Setelah dibolak-balik beberapa kali, surat itu pun dibuka perlahan.
Melalui surat, Pak Ragil rupanya menceritakan segala yang dialami di Nusa Kambangan kepada keluarganya di Yogyakarta, termasuk kisah tentang perlakuan Bujang Parewa. Hal itu diketahui Parewa ketika membaca surat yang dikirim Sri, anak perempuan Pak Ragil.
Beberapa hari kemudian, saat hendak berkirim surat ke Yogya, Pak Ragil bertanya, "Parewa, mau nitip surat ndak buat adekmu di Yogya?" "Oiya, tentu. Tunggu sebentar," sahut Parewa.
Hari demi hari telah berlalu. Senin hingga Sabtu tahanan tetap melakukan rutinitas seperti biasanya. Nguli dan berkebun. Minggu libur.
Hanya saja kini Parewa punya tambahan kerjaan baru, yakni berbalas-balasan surat dengan Sri. Surat yang dikirimnya selalu satu amplop dengan surat Pak Ragil. Dalam satu amplop dua surat. Begitu pula surat datang dari Yogya. Satu amplop untuk dua orang, Pak Ragil dan Parewa.