Menapaki Lumpur & Diterpa Badai demi Merenung di Puncak Gunung saat Pergantian Tahun
Hasto yang berada di belakang Ratu Bhagawan langsung menyelamati satu per satu koleganya yang tiba di puncak Sanghyang. Pria asal Yogyakarta itu membawa sekitar 50 orang, termasuk para mahasiswa S3 Unhan dan kader PDIP.
"Selamat, sudah sampai puncak," kata Hasto sambil menyalami dan memeluk para rekannya.
Saat itu, cuaca tidak bersahabat. Sejak berangkat dari kaki gunung di Desa Singaraja, Kecamatan Bancesari, sekitar pukul 18.30 WITA, rombongan langsung diterpa hujan dan kabut tebal.
Jarak pandang hanya 3 meter. Daya jangkau lampu senter yang digunakan para pendaki pun sangat terbatas.
Hasto beserta rombongannya juga harus menapaki tanah basah dan berlumpur. Mereka berkali-kali jatuh sehingga badan penuh lumpur.
Hasto terlihat beberapa kali terpeleset. Namun, sekjen Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji Nusantara (Senapati Nusantara) itu terus melanjutkan langkahnya menuju puncak Sanghyang.
Langkah Hasto mengikuti tapak kaki Ratu Bhagawan. Sesekali tokoh kelahiran 7 Juli 1966 itu memegangi ranting maupun dahan pohon untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.
Terkadang Hasto mengulurkan tangannya kepada pendaki di belakangnya yang butuh bantuan. Meski melangkah dengan gontai dan napas terengah-engah, Hasto berkali-kali menyemangati para pendaki yang masih di belakangnya.