Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Mengapa Singapura Bisa Indonesia Tidak?

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 28 Januari 2022 – 17:11 WIB
Mengapa Singapura Bisa Indonesia Tidak? - JPNN.COM
Warga memakai masker pelindung menyeberang jalan di tengah penyebaran penyakit Covid-19 di Singapura. Foto: ANTARA/REUTERS/Caroline Chia

Prof Salim menyimpulkan bahwa faktor takut itu yang bisa membuat negara-negara menjadi maju. Indonesia tidak mengenal takut.

Bahkan kepada Tuhan pun tidak. Buktinya? Sudah disumpah dengan kitab suci, tetapi tetap korupsi.

Tentu saja itu sekadar humor. Tidak ada penelitian ilmiah yang membuktikan korelasi faktor takut dengan kemajuan sebuah bangsa.

Namun, setidaknya kenyataan empiris sudah membuktikan hal itu. Negara-negara di luar kawasan Eropa dan Amerika itu maju karena ada ancaman dari kekuatan di sekitarnya.

Salim menyebut bahwa Indonesia tak kenal takut meskipun sudah disumpah atas nama Tuhan. Buktinya, korupsi tetap merajalela. Bukan hanya duit rakyat yang dikorupsi, ‘’duit Tuhan’’ juga diembat, dana pembangunan tempat ibadah dan pencetakan kitab suci pun dikorupsi.

Arsitek kemajuan Singapura adalah Lee Kuan Yew (1923-2015). Negeri kecil yang jorok dan terbelakang bisa disulap menjadi negeri kelas satu dunia dalam tempo 30 tahun.

Di bawah pemerintahan Lee Singapura bertransformasi dengan cepat menjadi negara modern, kuat, dan makmur.

Resep pembanguan Lee disebut sebagai developmentalisme atau pembangunanisme yang memadukan kapitalisme dengan otoritarianisme. Gaya ini sama-sama dipakai oleh Soeharto di Indonesia dan Mahathir Mohammad di Malaysia.

Singapura mengenal takut, Indonesia tidak takut apa pun, bahkan kepada Tuhan pun tidak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close