Mengenal Kebun Kelengkeng Grobogan, Wisata Pertanian yang Menjanjikan Prospek Ekonomi
Diharapkan program kampung Hortikultura ini nantinya akan menjadi pemantik kesejahteraan petani.
"Sehingga kita bisa mandiri kelengkeng dan tidak tergantungan impor lagi," ungkapnya.
Saat ditemui, Ketua Kelompok Tani Sumber Rejeki Wasiran mengaku tidak pernah sepi pengunjung. "Iya betul mas, Alhamdulillah banyak yang berkunjung kesini, baik sekedar berwisata sambil metik sendiri atau sengaja beli untuk dijadikan buah tangan, tapi Insyaallah mereka semua mematuhi prokes yang telah ditetapkan oleh pemerintah", ujarnya.
Senada dengan Wasiran, Koordinator PPL Kec. Ngaringan Moh Matamari membeberkan bahwa 30 hektar dari total luasan 60 hektar kebun kelengkeng itu berasal dari alokasi APBN 2021 sedangkan sisanya swadaya petani.
Varietas yang ditanam yaitu Itoh Super dengan rata-rata produksi 1 kwintal per pohon. Dalam 1 hektar terdapat 300 pohon, maka produksi mencapai 30 ton per hektar dalam satu periode panen.
Kampung kelengkeng ini disinyalir sangat menguntungkan petani, sebab setiap pengunjung yang masuk ke kawasan agrowisata dikenakan tarif Rp 30 ribu dan pengunjung bisa makan kelengkeng sepuasnya.
Tapi jika ingin membawa pulang maka harus membayar Rp 40 ribu per kilogram. Tercatat, pengunjung yang datang ke kebun kelengkeng ini baru berasal dari sekitar Kab. Grobogan, Blora, Pati, dan Semarang. (jpnn)