Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Mengunjugi Israel: Antara Diculik Hamas dan Dicekik Netanyahu

Rabu, 06 April 2016 – 09:26 WIB
Mengunjugi Israel: Antara Diculik Hamas dan Dicekik Netanyahu - JPNN.COM
TAK TERJANGKAU: Tawaran penjualan apartemen dengan harga yang termasuk mahal di pusat Kota Tel Aviv, Kamis (31/3). Foto kanan, Hila Fenlon menunjukkan jenis roket pertama yang mendarat di belakang rumahnya 20 tahun lalu, Selasa (29/3).

Penelusuran lebih lanjut memang menemukan banyak hal yang semakin ganjil. Kata kebangsaan Israel tak pernah ada dalam dokumen resmi negara Israel yang mana pun. Bahkan, pernyataan kemerdekaaan Israel pada 14 Mei 1948 yang dibaca Jawa Pos di Museum Holocaust tidak dibuka dengan kalimat ’’Kami, bangsa Israel’’. 

Kalimat yang tercantum di sana adalah ’.’.. berdirinya negara Yahudi di Eretz Israel yang kemudian disebut negara Israel...’’ 

Israel memang negeri yang ganjil. Tidak hanya dalam rumusan ’’Apa Israel itu?’.’ Namun, hingga 68 tahun ia eksis 14 Mei nanti, keganjilan itu rasanya tidak kunjung genap. Desa Moshav Netiv Ha’asara menjadi saksi keganjilan Israel berikutnya. 

Dari desa yang dihuni 210 keluarga tersebut, permukiman warga Palestina di Gaza bisa terlihat jelas. Barisan gedung kusam dengan kibaran bendera Palestina di beberapa pucuknya. Maklum, jarak Netiv Ha’asara dengan desa di Gaza terdekat tidak sampai 3 kilometer. 

Hila Fenlon, 38, mengungkapkan, saat masih remaja, dirinya sering diajak ayahnya makan di restoran Palestina di Gaza setiap akhir pekan. Ibunya juga berbelanja sayur dan buah di sana. ’’Karena itu, saya juga punya banyak teman baik di Palestina,’’ ungkap ibu satu anak tersebut mengenang masa remajanya. 

Namun, sejak Hila menginjak umur 15 tahun, Gaza tinggal kenangan. Konflik antara kaum pejuang Hamas dan tentara Israel makin kerap terjadi. Puncak penderitaan warga Netiv Ha’asara pun terjadi saat Hamas mulai menggunakan roket-roket untuk membombardir permukiman Israel. 

’’Saat roket pertama mendarat di halaman belakang rumah, saya dan teman-teman sebaya malah keluar dan tertawa-tawa karena bentuknya seperti mainan,’’ ceritanya. 

Namun, saat serangan semakin sering dan roket yang digunakan semakin besar yang tentu diikuti daya ledak yang semakin dahsyat, tidak ada lagi tawa yang sama. ’’Serangan itu bisa datang kapan saja. Kini saat sirene berbunyi, rasanya kematian bisa terjadi pada siapa saja di sini,’’ ungkapnya. 

Ada orang Amerika di Amerika Serikat, ada orang Indonesia di Indonesia, tapi tak ada orang Israel di Israel.    ABDUL ROKHIM, Tel Aviv 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close