Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Mengunjugi Israel: Antara Diculik Hamas dan Dicekik Netanyahu

Rabu, 06 April 2016 – 09:26 WIB
Mengunjugi Israel: Antara Diculik Hamas dan Dicekik Netanyahu - JPNN.COM
TAK TERJANGKAU: Tawaran penjualan apartemen dengan harga yang termasuk mahal di pusat Kota Tel Aviv, Kamis (31/3). Foto kanan, Hila Fenlon menunjukkan jenis roket pertama yang mendarat di belakang rumahnya 20 tahun lalu, Selasa (29/3).

Pemerintah Israel membangun sangat banyak bungker (kubah segi empat yang dibuat dari beton dan baja). Ada prosedur yang tak henti-henti diperingatkan kepada semua warga bahwa mereka hanya punya waktu 4 detik untuk lari ke bungker sejak sirene terdengar hingga roket menghunjam. 

“Karena itu, di ladang, sekolah, atau tempat olahraga, seluruh warga Netiv Ha’asara harus yakin bisa mencapai bungker dalam tempo 4 detik jika tiba-tiba sirene berbunyi,” jelas Hila. 

Saat Jawa Pos berkunjung, Hila mengaku sudah enam bulan ini tidak ada lagi serangan roket Hamas. Namun, tidak berarti rasa tenang muncul. Yang muncul justru rasa waswas yang lebih besar karena penggalian terowongan oleh Hamas ke wilayah Israel kembali dilanjutkan. 

Pembangunan terowongan memang menjadi obsesi dan merupakan salah satu strategi perang Hamas yang ampuh. Pada 2006, Hamas menculik seorang tentara Israel, Gilad Shalit, setelah masuk ke Israel melalui terowongan. Shalit dibebaskan enam tahun kemudian, ditukar dengan 1.027 tahanan Palestina. 

Desember tahun lalu, sayap militer Hamas, Brigade Qassam, membentuk unit khusus untuk menggali dan melengkapi fasilitas terowongan serta melatih tentara untuk menggunakannya. 

Hamas menolak permintaan konfirmasi atas dugaan tersebut. Namun, bulan lalu, pemimpin kelompok militer itu, Abu Hamza, kepada media Hamas al-Khaleej mengatakan, ’’Dalam konfrontasi di masa depan, Israel akan terkejut dengan kekuatan dan ketangguhan terowongan kami.’’ 

Kehidupan yang dibayang-bayangi malaikat maut itu membuat Hila dan hampir sebagian besar warga Netiv Ha’asara jengah dengan peperangan kedua kubu. 

’’Kami perlu beristirahat dari perang. Kami rindu berkunjung ke teman kami di Palestina. Sampai awal konflik, mereka masih telepon apakah kami selamat? Sekarang dan ini sudah berjalan 20 tahun, telepon itu tidak ada lagi,’’ katanya. 

Ada orang Amerika di Amerika Serikat, ada orang Indonesia di Indonesia, tapi tak ada orang Israel di Israel.    ABDUL ROKHIM, Tel Aviv 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close