Menjelang COP-27 dan KTT G20, Ketum Kadin Arjsad Rasyid Bertemu Paus Fransiskus, Nih Agendanya
Arsjad menjelaskan perubahan iklim adalah dialog lintas agama yang penting karena didasarkan pada iman kita yang mewajibkan kita untuk merawat bumi, menciptakan kesejahteraan, menjamin tatanan hidup yang layak bagi generasi selanjutnya.
Dia membeberkan perdamaian menjadi persyaratan mutlak untuk segala sesuatu, yang berakar pada ajaran untuk berbuat baik dari semua agama dan keyakinan.
Menurut Arsjad, kesejahteraan berkontribusi pada perdamaian karena mengakhiri kesenjangan sosial dan mengurangi konflik.
Sementara itu, masyarakat adalah subjek dari pengembangan ekonomi, tanpa ada yang ditinggalkan, dan memastikan bahwa bumi tetap dijaga, dirawat, dilestarikan untuk generasi selanjutnya.
Perjuangan untuk mewujudkan semua hal itu bergantung pada kolaborasi inklusif, tanpa membeda-bedakan asal usul dan latar belakang.
Menanggapi hal itu, Michal menegaskan apapun tatanan dunia baru yang ditetapkan untuk menggerakkan pemulihan global, standar baru tersebut harus mencakup prinsip 5P.
Adapun 5P adalah penghormatan terhadap masyarakat, melindungi dan merawat bumi, kemitraan inklusif di seluruh dunia, dialog antaragama dan antarbudaya untuk perdamaian, dan penemuan ilmiah untuk kemakmuran yang berkelanjutan.
“Tatanan dunia sedang ditantang dan berantakan. Terserah para pemimpin paling terkemuka di dunia ini untuk memikirkan kembali apa tatanan dunia baru yang akan muncul dari pandemi atau dari gejolak geopolitik. Jangan sampai nilai-nilai itu hanya kamuflase belaka dari sebelumnya. Yang paling tepat saat ini adalah 5P,” kata dia.