MK Powerful dan Kerisauan Haedar Nashir
Oleh Dhimam Abror DjuraidHatta dalam memoar tiga jilid berjudul ‘Untuk Negeriku’ menceritakan bagaimana dia membangun jaringan dengan sesama rekan pergerakan kemerdekaan dari seluruh penjuru dunia.
Hatta membangun jaringan dengan aktivis kemerdekaan India, seperti Nehru. Hatta juga membangun jaringan dengan anak-anak muda pergerakan dari berbagai negara Asia dan Afrika.
Kalau sedang menjalani liburan, Hatta dan kawan-kawannya jalan-jalan ke berbagai kota di Eropa, seperti Paris. Bukan sekadar jalan-jalan, melainkan membangun jaringan dan membeli berbagai jenis buku untuk referensi.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa akhirnya Hatta menjadi sosok jenius di bidang ekonomi dengan referensi yang sangat luas.
Dari persinggungan dengan budaya Eropa dan berbagai negara dunia ketiga, para tokoh bangsa itu kemudian menyusun dasar negara yang menjadi fondasi pemerintahan. Perdebatan mengenai dasar negara antara nasionalisme yang demokratis dengan Islam berjalan dengan keras dan alot.
Namun, pada akhirnya tercapai konsensus untuk menjadikan Indonesia sebagai negara nasionalis yang berlandaskan Pancasila.
Indonesia yang baru merdeka tidak menganut sistem demokrasi liberal one person one vote, tetapi sistem kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Secara implisit di situ disebutkan bahwa rakyat yang masih belum tinggi status pendidikannya belum saatnya diberi kebebasan liberal. Sistem perwakilan, dengan presiden dipilih oleh MPR yang dianggap sebagai perwujudan demokrasi kerakyatan yang bijaksana dan penuh hikmah.