Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 Tiba di Makassar
Salah satu yang terunik ialah pada tahun 1644, dia memesan dua bola dunia, peta dunia besar, serta dua buah teropong. Benda yang ia pesan dari Belanda tersebut sontak membuat kaget dan semakin menarik perhatian ilmuwan Eropa.
“Dia bahkan menjadi mangkubumi Kerajaan Makassar untuk 3 raja sekaligus, yaitu Sultan Alauddin, Sultan Malikussaid, dan Sultan Hasanuddin pada tahun 1636 sampai 1654, sampai akhir hayat beliau. Ini menandakan bahwa kemampuannya, kecendekiawannya memang tidak tergantikan di masa itu untuk dapat mendampingi raja-raja dalam mengembangkan kerajaan Makassar yang saat itu sedang menghadapi dominasi VOC juga”, imbuh Rismawidiawati.
Pertautan antara Pattingalloang dengan pedagang yang datang dari berbagai bangsa dalam menyemarakkan Jalur Rempah ditunjang oleh kemampuannya berkomunikasi.
Dia menggunakan bahasa asing dengan sangat fasih. Di usia 18 tahun, dia menguasai banyak bahasa di dunia. Dengan kemampuannya itu, dia menjadi juru bicara yang piawai dan ahli berdiplomasi.
Makassar sempat menjadi kota termasyhur di dunia berkat peran dan fungsi Karaeng Pattingalloang. Hal ini membuat iri Belanda yang tidak menghendaki kehadiran pedagang bertransaksi bebas di Makassar,” jelas Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan, Devo Khaddafi.
Karena kehebatan dan keunikannya, Karaeng Pattingalloang dijadikan nama museum. Hal ini sebagai jejak bahwa Kerajaan Gowa pernah memiliki tokoh intelektual yang tersohor sampai ke Benua Eropa.
Di dalam Museum Karaeng Pattingalloang, Laskar Rempah akan melihat berbagai benda peninggalan Kerajaan Gowa. Peserta juga dapat melihat sejarah tentang sosok Karaeng Pattingalloang, lengkap beserta kehebatannya di masa lampau. (rhs/jpnn)