Orang-orang yang Revolusioner
Jumat, 22 Januari 2010 – 15:00 WIB
Demikianlah halnya, teman sebangsaku. Selalu saja si pragmatis-gradual berseberangan dengan si revolusioner. Yang terakhir ini, jika “meja-meja” sudah kotor, mereka cenderung mencampakkannya, dan lalu mencari meja yang baru. Ibarat gunung merapi yang meletus, kelak setelah reda, maka lembah semakin subur.
Sebaliknya si pragmatis hanya lebih alot. Selangkah demi selangkah menuju kondisi yang lebih baik. Meja yang bau anyir perlahan dibersihkan seraya memakai masker. Persis peredaran matahahari yang lamban dari fajar hingga tenggelam. Alami, walau membuat tak sabar. “Sabar itu bukan dosa,” kata si pragmatis.
Dua-duanya punya kelemahan dan kekuatan masing-masing. Yang satu menghardik, yang lain terlalu manis.