Panti-Panti di Jakarta Masih Rawan Disusupi Corona
Bukan tanpa alasan Panti Yayasan Tri Asih memilih untuk tes usap mandiri, sebab terbatasnya kemampuan fasilitas kesehatan (faskes) Puskesmas yang harus mengantre giliran dan layanan dalam sehari hanya untuk delapan orang untuk hasil tes yang keluar dalam waktu tiga hari.
Hal tersebut membuat pengaturan ruang isolasi di lingkungan panti itu ruwet, jika harus memisah-misahkan delapan orang tiap harinya.
Sementara ruang isolasi di sana terbagi di tiga ruangan. Lantai dasar untuk pegawai putri, lantai tiga untuk pegawai putra tersekat satu tingkat. Gedung enam lantai yang dipakai hanya lantai empat untuk isolasi mandiri dan yang lainnya untuk penghuni dan karyawan yang negatif COVID-19.
Beruntung, kondisi penghuni Panti Yayasan Tri Asih pada saat itu mendapat respon cepat dari Polres Metro Jakarta Barat yang memfasilitasi penyemprotan disinfektan pada seluruh bangunan yang menjadi tempat isolasi, serta memberikan bantuan sembako, vitamin dan masker.
Terbentuknya klaster COVID-19 di lingkungan panti di Jakarta juga sempat merebak di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya II Cengkareng, Jakarta Barat pada awal Desember 2020.
Sebanyak 88 orang lanjut usia (lansia) yang diantaranya terdapat 15 orang dengan masalah kejiwaan (ODMK), serta lima karyawan diketahui terpapar COVID-19 dari tes usap PCR. Adapun temuan tersebut diketahui saat tiga orang lansia ODMK sedang mengalami gangguan kesehatan mental hingga dirujuk ke RS Jiwa Heerdjan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Beberapa penghuni lansia yang terpapar memiliki gejala, sebab mereka merupakan kelompok rentan paparan yang memiliki imunitas rendah. Mereka diangkut menggunakan bus sekolah menuju Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit, Jakarta Timur untuk penanganan lebih lanjut.
Panti lansia tersebut pun pada akhirnya menerapkan langkah karantina total (lockdown) untuk membatasi pergerakan para penghuninya.