Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Pejuang Penyelamat Anak-anak di Lokalisasi Jarak

Minggu, 15 Juni 2014 – 16:56 WIB
Pejuang Penyelamat Anak-anak di Lokalisasi Jarak - JPNN.COM
BERI PENCERAHAN: Kartono dan Sahal (insert) mewarnai kehidupan lokalisasi Dolly. Foto: Guslan Gumilang/Eko Priyono/Jawa Pos

Akhirnya, anak-anak berbondong-bondong memenuhi ruang kelas Sahal. Kocek dalam jumlah besar pun dikeluarkan agar bisa memberi hadiah.

”Saya tidak masalah. Kalau keluarga saya dulu terbiasa makan tempe sama ikan, akhirnya makan pakai tempe saja tidak apa-apa,” tuturnya.

Sejak itulah banyak anak-anak yang belajar di sana. Sekarang meski sudah tidak ditawari hadiah, anak-anak yang belajar mengaji tidak pernah sepi. Sampai-sampai ruang kelasnya tidak lagi muat. Saat ini jumlah ’’santri’’-nya mencapai 80 orang. Tapi, yang mengaji setiap hari maksimal 60 santri.

Dengan ukuran ruang yang amat terbatas tersebut, santri harus berebut duduk. Sering kali Sahal dan lima pengajar lainnya kebingungan membagi tempat duduk yang beralas lantai itu. Sebab, ada pembagian kelas sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Ada yang pemula, ada pula yang setengah mahir.

Santri anak-anak diberi waktu belajar setelah magrib sampai datang waktu isya. Setelah itu, giliran remaja yang belajar mengaji kepada Sahal.

Jumlahnya sekitar 10 orang. Sekitar pukul 20.00, giliran santri dewasa dan orang tua. Jumlahnya mencapai 20 orang. Profesinya beragam. Ada pegawai bank, analis keuangan, guru, dan mahasiswa. Mereka berasal dari kampung sekitar Jarak dan Dukuh Kupang.

Untuk menyambung hidup, bapak empat anak itu berjualan aksesori perempuan di kompleks lokalisasi Dolly.

Hanya, pekerjaannya tersebut dilakukan pada dini hari. Ketika jarum jam menunjukkan pukul 01.30, dia menenteng rak plastik yang ditata sedemikian rupa sehingga mudah dibawa. Barang jualannya mulai ikat rambut, jepit, sampai pewangi pakaian. ”Saya tidak jualan kondom,” ungkapnya dilanjutkan tertawa.

RUMAH bertirai bambu di Jalan Simo Gunung Kramat Timur sekilas tidak berbeda dengan rumah-rumah lain di kanan-kirinya. Siapa pun pasti mengira itu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA