Pemandu Wisata Juara Kompetisi Inovasi Layanan Publik, Keren Banget
"Kami hanya keluarkan modal Rp 2,7 juta untuk beli TV. Kemudian setiap pekan anak-anak dimintakan uang Rp 2.500 untuk fotocopy bahan ajar," jelas Hadi.
Yang menarik, anak-anak makin tertarik karena tiap minggu ada snack. Meski terlihat sepele, tetapi menurut lulusan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta ini, snack sangat berperan membuat anak-anak belajar.
"Jadi mereka tiap minggu sudah ingat kira-kira pekan ini mau makan apa. Yang nyiapin snack orang tua murid sendiri. Kami tidak pernah membebankan," ucap Hadi.
Menurut Guntur dalam upaya menciptakan SDM unggul, metode Omah Bahasa bisa diduplikasi di semua daerah terutama perdesaan, wilayah 3T yang susah signal. Sebab, Smart TV menggunakan sistem offline dan bisa dipasang di wilayah pegunungan.
Direktur Asosiasi Pengajar Akuntansi Sektor Publik (APSAE) Moh Mahsun SE MSc Ak CA mengatakan, COPSI 1st merupakan wadah untuk memberikan apresiasi kepada pegiat di sektor publik atas partisipasinya dalam.melakukan berbagai motivasi sehingga memberikan manfaat bagi sistem manajerial entitas sektor publik maupun masyarakat.
"Banyak inovasi yang dilakukan para pegiat sosial tetapi kuranh mendapatkan perhatian. Nah, APSAE bersama Universitas Terbuka membuat kompetisi ini agar muncul ke permukaan para pegiat sosial yang sudah berjuang untuk kepentingan masyarakat banyak. Seleksi kami buka mulai dari tingkat kabupaten/kota kemudian provinsi dan nasional. Hari ini lima terbaik Nasional kami uji dan yang menang Omah Bahasa dari Yogyakarta," tandasnya. (esy/jpnn)
Simak Videonya :