Pemerintah Diminta Tingkatkan Citra Indonesia Melalui Diplomasi Fesyen
Dalam kesempatan sama, desainer Fanti yang belasan tahun menekuni industri fesyen hingga memenangkan penghargaan Internasional mengungkapkan sejumlah persoalan yang dihadapi industri fesyen dalam upaya mengangkat kekayaan budaya Indonesia.
“Mahalnya bahan baku menjadi salah satu hambatan. Contohnya tenun doyo yang terbuat dari serat daun doyo,” ujarnya.
Fanti menjelaskan daun doyo berasal dari tanaman sejenis pandan berserat kuat dan tumbuh secara liar di pedalaman Kalimantan. Salah satunya di wilayah Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat, Kalimantan Timur.
“Kami berharap pemerintah memperhatikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi UMKM fesyen yang berupaya mengangkat wastra dan motif tradisional Indonesia,” ujar Fanti.
Sementara Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Esa Unggul Erna Febriani berharap melalui Talkshow yang mengundang generasi muda baik dari kalangan mahasiswa/siswa SMA menunjukkan dukungan nyata Univesitas Esa Unggul untuk meningkatkan kecintaan akan budaya khas Indonesia di kalangan generasi muda sekaligus memupuk jiwa enterprenuer.
“Kami berharap ke depan gen-Z tidak hanya mencari lapangan pekerjaan tetapi menciptakan lapangan pekerjaan antara lain melalui industri fesyen,” ujar Erna Febriani.
Talkshow yang dipandu dosen Fikom Esa Unggul Fajarina ditutup dengan peragaan busana koleksi Hesandra bertema 'The Lovable Mad Lady', menampilkan wastra tenun doyo natural yang dihiasi bordir motif Dayak Benuaq.
Koleksi-koleksi indah yang menghadirkan kemewahan budaya Kalimantan Timur berpadu gaya modern ini diperagakan langsung oleh mahasiswi-mahasiswi Fikom Esa Unggul yang juga berprofesi sebagai model seperti Devi Gunawan (@devigee), Novia Zayeda Mattersyd (@zyedamattersyd), Indy Mauritha (@indymauritha), Puyu Zulvanny (@puyuzulvanny), dan Maura (@maura).(fri/jpnn)