Pemprov Xinjiang Siap Buka-Bukaan soal Muslim Uighur, tetapi Tutup Pintu untuk Investigasi Asing
jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah Daerah Otonomi Xinjiang (XUAR), Tiongkok, tak keberatan mengundang pihak asing ke daerahnya untuk melihat fakta di lapangan mengenai kondisi kehidupan masyarakat Uighur, asalkan tidak dalam misi investigasi.
"Kami memiliki prinsip yang intinya tidak akan menerima apa yang disebut dengan istilah investigasi karena menimbulkan anggapan (kami) bersalah," kata Deputi Direktur Jenderal Publikasi Partai Komunis Tiongkok (CPC) XUAR, Xu Guixiang, di Beijing, Senin (1/2).
Pihaknya mengundang pihak asing, termasuk pejabat pemerintahan baru Amerika Serikat agar mengetahui kenyataan masyarakat yang tinggal di wilayah baratdaya daratan Tiongkok itu.
"Kami persilakan orang asing dari semua negara, termasuk pejabat pemerintahan baru AS untuk mengunjungi Xinjiang dan melihat situasi yang sebenarnya," ujarnya.
Dalam jumpa pers yang diselenggarakan untuk kedua kalinya di Pusat Pers Internasional Kementerian Luar Negeri Tiongkok di Beijing pada 2021 itu, Xu didampingi juru bicara XUAR Elijan Anayit, Ketua Kehormatan Asosiasi Industri Tekstil Xinjiang Liu Yanning, Deputi Direktur Jenderal Biro Pertanian XUAR Gulnar Uful, dan imam Masjid Kota Moyu Mamat Mamatmin.
Ada pula pengusaha, pekerja sektor garmen, dan lulusan kamp vokasi Xinjiang.
Liu Yinning menyebutkan bahwa industri tekstil di Xinjiang berkembang pesat sejak 2014 sehingga banyak menyerap tenaga kerja, terutama kaum perempuan.
Pabrik tekstil Xinjiang menjadi pemasok utama garmen merek-merek terkenal di Eropa, AS, dan Jepang karena terkenal dengan kualitasnya.