Perlu Ada Perubahan Perilaku Masyarakat untuk Mencegah Stunting
Saat ini Tanoto Foundation memiliki program intervensi stunting di beberapa daerah. Di antaranya di Riau (Rokan Hulu), Sumatera Barat (Pasaman dan Pasaman Barat), Banten (Pandeglang), Jawa Barat (Garut), Kalimantan Selatan (Hulu Sungai Utara), Kalimantan TImur (Kutai Kartanegara), NTB (Lompok Utara dan Lombok Barat), NTT (Alor, Simot Tengah Selatan), Sulawesi Barat (Majene), dan Maluku (Seram Barat).
Widodo menjelaskan, tidak semua wilayah menerima program yang sama. Misalnya di enam wilayah di antaranya Pasaman Barat, Garut, Hulu Sungai Utara, Majene, Seram Barat, dan Alor.
Di enam wilayah itu, Tanoto Foundation bekerja sama dengan Alive&Thrive untuk melakukan studi mempelajari kebiasaan perubahan perilaku di area-area tersebut.
“Apa perubahan perilaku masyarakat desa tersebut terhadap pencegahan stunting. Lalu membuat semacam prototipe untuk perubahan perilaku. Misalnya sederhana di Hulu sungai Utara, Kalsel daerah yang produksi banyak ikan. Tetapi anak-anak di sana tidak banyak makan ikan; ikan lebih banyak dijual keluar. Setelah diteliti, ikan biasanya hanya dibakar atau digoreng sehingga salah satu rekomendasi dari studi ini, membuat resep masakan ikan sehingga anak-anak tidak bosan makan ikan,” papar Widodo.
Sementara itu, Kasie Peningkatan Peran Serta Masyarakat Kementerian Kesehatan drg. Marlina BR Ginting Manik mengatakan pemerintah saat ini terus berusaha meningkatkan kesadaran publik dan perubahan perilaku masyarakat dalam mencegah stunting di Indonesia.
"Kendala permasalahan stunting di Indonesia cukup kompleks, terutama belum adanya kebijakan dan implementasi terkait komunikasi perubahan perilaku secara strategis," kata Dokter Marlina dalam webinar tersebut.
Dia mengatakan perlu Strategi Nasional Komunikasi perubahan perilaku yang terpadu. Pemerintah dalam hal ini, kata Marlina, menargetkan adanya perubahan perilaku mencegah stunting sudah lebih baik lagi di periode 2024.