Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Petani Garam Meradang, Gemerincing Ringgit Lebih Menggiurkan

Jumat, 04 Agustus 2017 – 19:28 WIB
Petani Garam Meradang, Gemerincing Ringgit Lebih Menggiurkan - JPNN.COM
Tambak garam. Foto: Dok. Timor Express/JPNN.com

Semenjak itu, hidup warga Kedome pun meredup. Terutama petani garam yang berjarak beberapa meter dari lokasi pabrik. Mereka tak bergairah lagi mengelola tambak garam mereka. Mencari pembeli garam kian susah. Akhirnya, tambak garam pun diganti menjadi tambak ikan. Rupanya itu jauh lebih menguntungkan. Dan kini, warga Kedome, pun memilih jadi TKI di Malaysia. Gemerincing Ringgit, jauh lebih menggiurkan rupanya.

Mahmud, salah seorang petani garam di Desa Pinjot, desa tetangga Kedome mengaku, sejak pabrik Tanjung Karya tutup, usaha tambak garam lesu. Garam-garam milik petani tak ada yang menyerap lagi. Kalapun saat ini harga naik, itu hanya terjadi sekali dalam seumur hidupnya menjadi petani garam.

Dan sejarah mencatat, tutupnya pabrik garam beryodium satu-satunya di NTB itupun, menjadi catatan kelam. Dan hingga kini, tak satupun perusahaan dapat menyusul Tanjung Karya lagi.

Baru 24 Persen Potensi Tergarap

Inilah yang namanya ironi. Sebab, NTB punya potensi yang sangat besar. Tapi sayangnya, potensi garam NTB seperti disia-siakan. Data Dinas Kelautan dan Perikanan NTB menunjukkan, luas lahan potensial usaha garam mencapai 9.789 hektare (ha). Tapi yang baru dimanfaatkan hanya 2.348 ha atau 24 persen.

Tahun 2015 lalu, produksi garam NTB mencapai 178.605 ton. Namun, pada 2016 produksi garam merosot hingga hanya tinggal 24.307 ton. Jumlah itu mencerminkan produktivitas tambak garam di NTB cuma 10 ton per hektare tiap tahun.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB H Lalu Hamdi menuding penurunan produksi garam disebabkan cuaca yang tidak bersahabat. Curah hujan yang tinggi sepanjang tahun membuat petani gagal panen. Sebab sebagian besar petani garam masih menggunakan sistem tambak tradisional.

Di NTB ada enam daerah yang menjadi pusat produksi garam yakni Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Kota Bima dan Kabupaten Bima. Dari semua lokasi itu, Kabupaten Bima menjadi sentra garam sekaligus menjadi penyangga garam nasional. Luas lahan potensial di Bima mencapai 4.068 ha. Namun kini, lahan yang tergarap baru hanya 1.743 ha. (Selengkapnya lihat grafis).

Mengurus garam saja, pemerintah tak kuasa. Padahal, barang asin ini tak tergantikan di meja makan. Kala garam langka, harga menjulang meraja lela.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News