Raisa si Balita 19 Bulan, Kehilangan Ayah, Kaki Diamputasi
Keesokan harinya Waidah turun dari posko pengungsian. Jalan kaki menuju rumahnya. Dia tanya ke tetangga akan nasib anak dan suami. Betapa goncang jiwaya mendapat kabar sang suami meninggal. Tak lama, semangatnya mulai berkobar setelah tahu sang buah hati selamat. Meskipun mengalami luka. Raisa dirawat di Rumah Sakit Al Jufri, Palu.
Cobaan Tuhan masih harus dialami Waidah sesampainya di Rumah Sakit Al Jufri. Saat itu Raisa diambil oleh orang lain. Waidah harus berdebat panjang. Untuk meyakinkan pihak rumah sakit. Bahwa Raisa adalah darah dagingnya. Anak semata wayangnya.
Perjuangannya berhasil. Orang yang mengaku keluarga Raisa tak bisa membuktikan benang merahnya. Baik hubungan keluarga mereka dengan Raisa. Pun demikian ciri-ciri fisik balita mungil itu. Kalah berdebat, orang yang membawa Raisa lantas beralasan. Dia mengira Raisa telah yatim piatu.
Berhasil mendapatkan kembali Raisa, cobaan lain datang. Kaki sebelah kanan Raisa terluka. Dokter merekomendasikan untuk diamputasi. Demi keselamatan dan kesehatan Raisa. Perasannya campur aduk.
Bak disambar petir siang bolong. Saat mendengar keterangan dokter. Meski berat, Waidah harus mengambil keputusan terbaik.
Kisah pilu Waidah ternyata sampai ke telinga seorang relawan Muhammadiyah. Namanya Irvan Yusuf. Menyusul informasi yang beredar di media sosial.
Keluarga besar Suryanto di Gunungkidul sepakat. Meminta Waidah dan Raisa ke Jawa. Pulang ke kampung kelahiran sang ayah. Dengan perantara sang relawan Waidah dan Raisa tiba di Padukuhan Mengger, Karangasem, Paliyan, Gunungkidul Sabtu (13/10).
Di Bumi Handayani, Waidah siap memulai lembaran kehidupan baru. Bersama Raisa. Meski tak lagi didampingi sang suami, ayah Raisa. Meski bayang-bayang masa depan Raisa juga terus menggelayuti pikirannya.