Rakernas IKANU Menyoroti Persoalan Oligarki dan Kesenjangan Ekonomi
Umat Islam perlu menguasai materi dan ilmu pengetahuan (sains) yang bersifat dinamis dan inovatif.
Demikian halnya, juga dalam hidup berbangsa dan bernegara. Kiai Said menilai Pancasila sudah final.
“Sila pertama sudah baik, sila kedua oke, demikian juga sila ketiga dan sila keempat. Sila ‘Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia masih jauh panggang dari api,” kata dia.
Menurut dia, Indonesia saat ini dikuasai kekuatan para pemilik modal yang semakin memunculkan kesan menguatnya sistem oligarki.
Kekuasaan politik dikuasai mereka para pemodal. Sebagai timbal baliknya, pemodal tersebut akan mendapatkan proyek-proyek strategis.
Oligarki menyebabkan ketimpangan semakin menjadi. Akses ke sumber-sumber ekonomi oleh rakyat kecil seperti terkunci. Terjadi semacam gejala intoleransi ekonomi. Adalah tugas Pemerintah untuk mempersempit, bahkan menutup ketimpangan tersebut dengan bersikap adil, memukul mundur oligarki, dan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang berorietasi dan berpihak kepada kesejahteraan masyarakat kecil dan rakyat secara umum.
“Dalam konteks ini, negara sebenarnya dalam kondisi very danger,” katanya.
Sebagai respons kondisi di atas, Kiai Said berpesan agar IKANU menjadi organisasi profesional sekaligus proporsional, open management, inklusif bekerjasama dengan berbagai pihak asal positif, dan yang terpenting adalah tanggung jawab.