Rencana Kenaikan Tarif Busway Diwarnai Pro-Kontra
jpnn.com - GAMBIR – Pemprov DKI berencana menaikkan tarif bus Transjakarta pada 2015. Alasannya, harga tiket saat ini tidak mampu menutupi biaya operasional. Namun, rencana itu memicu pro-kontra di kalangan DPRD DKI Jakarta. Ada yang mendukung, ada pula yang menolak.
Anggota Komisi B DPRD DKI Nurafni Sajim termasuk kelompok yang mendukung kenaikan tarif Transjakarta. Dia mengatakan, ongkos busway (sebutan bus Transjakarta) tidak pernah naik sejak 2004.
"Jadi, wajar saja naik dari Rp 3.500 menjadi Rp 5.000 atau Rp 6.000," ujar Afni –panggilan Nurafni Sajim– di gedung DPRD DKI, Rabu (24/12).
Rencana kenaikan tarif busway diungkapkan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Dalam beberapa kali konfirmasi sebelumnya, Ahok menyatakan bahwa harga tiket Transjakarta yang hanya Rp 3.500 untuk semua rute dan jarak tempuh terlalu murah. Besaran kenaikan memang belum pasti. Namun, dia sempat menyebut angka Rp 6.000.
Menurut Afni, kenaikan tarif tersebut adalah hal yang lumrah. Sebab, pengelola Transjakarta adalah BUMD yang berstatus perseroan terbatas (PT). Dengan begitu, perusahaan harus benar-benar mengembangkan bisnis agar bisa memberikan keuntungan bagi daerah.
"Tapi, jangan sampai tarif sudah dinaikin, tapi tetap rugi. Kan tujuan tarif naik agar bisa memberikan keuntungan untuk pendapatan asli daerah DKI," terangnya.
Meski demikian, ketua DPC Partai Demokrat Jakarta Barat itu memberikan catatan khusus kepada PT Transjakarta selaku pengelola bus Transjakarta.
Menurut Afni, kenaikan tarif harus diimbangi dengan perbaikan pelayanan. Dengan begitu, masyarakat bisa menikmati kenyamanan saat menggunakan transportasi andalan warga DKI tersebut.