RI Mampu Swasembada Garam Konsumsi, Tetapi untuk Industri Masih Butuh Waktu
jpnn.com, JAKARTA - Rencana Indonesia untuk swasembada garam sepertinya tak mudah direaliasikan, karena kebutuhan terhadap komoditas tersebut terus meningkat.
Kebutuhan garam nasional tahun 2020 sebesar 4,6 juta ton, dan diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri pengguna seperti industri kimia, aneka pangan dan lainnya.
Sementara produksi garam dalam negeri masih fluktuatif sangat bergantung pada musim.
Deputi Bidang Sumber Daya Maritim Kemenko Marves, Safri Burhanuddin, mengatakan hampir kebanyakan garam yang dihasilkan oleh rakyat memiliki kadar NaCl di bawah 92 persen, sedangkan yang dibutuhkan oleh industri garam dengan kualitas NaCl di atas 97 persen.
“Untuk memenuhi kebutuhan garam industri kita masih butuh waktu, namun untuk konsumsi kita sudah selesai lakukan. Kita lihat lahan garam saat ini 22.831 Ha, dan ditargetkan menjadi 30 ribu hektar lewat program ekstensifikasi. Itu pun baru akan menghasilkan 3 juta ton, jika dihitung rata-rata produktivitas 100 ton per hektar (cuaca normal),” kata Safri Safri dalam webinar “Mampukah Indonesia Swasembada Garam” yang diadakan Forum Diskusi Ekonomi Politik (FDEP), Kamis, (3/12/2020).
Namun demikian, kata Safri, peningkatkan kuantitas produksi garam industri nasional akan terus dilakukan melalui pembuatan lahan baru dan program, strategis laiinya.
Menko Marves akan fokus mengawal ekstentifikasi lahan garam di NTT dan NTB, seperti d wilayah Teluk Kupang, Malaka, Nagekeo, dan Sumbawa.
Pemerintah juga akan membangun pabrik pengolah garam dan Pembangunan Pabrik Garam Tanpa Lahan (PLTU). PLTU tersebut diharapkan akan mampu memproduksi garam industri sekitar 100.000 ton per tahun, dimana pembangunan pilot plant akan dimulai pada tahun 2021.