Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ritual Adat Suku Badui, Ungkap Peringatan dari Leluhur

Selasa, 24 April 2018 – 00:35 WIB
Ritual Adat Suku Badui, Ungkap Peringatan dari Leluhur - JPNN.COM
Suku Badui bersiap mandi di sungai Cibanten sebagai rangkaian festival Seba Baduy, Serang, Banten, Sabtu (21/4/2018). Foto: Imam Husein/Jawa Pos

Merekalah yang membawa laksa. Karena sesuai adat, laksa harus dibawa dengan berjalan kaki. Tidak boleh dinaikkan ke kendaraan. Meski, yang membuat laksa itu adalah orang Badui Luar. ”Laksa itu harus dibawa jalan kaki. Amanah leluhurnya begitu,” ujar Ayah Karmain.

Jumat malam (20/4) mereka sudah di Pendapa Kabupaten Lebak. Acara itu juga dihadiri mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah dari Lebak, Sabtu malam (21/4) ada Seba di Museum Negeri Banten bersama Gubernur Banten Wahidin Halim yang dihadiri pejabat musyawarah pimpinan daerah. Minggu (22/4) pagi ada pula Seba dengan Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah.

Ritual utama Seba sebenarnya cukup singkat. Tak sampai sejam. Warga Badui Dalam yang mengenakan baju putih lengan panjang dan lomar (ikat kepala) putih duduk di barisan depan, kecuali Jaro Saija dan Jaro Tanggungan 12 Saidi Putra yang menjadi perwakilan untuk bicara.

Ribuan orang Badui Luar duduk di barisan berikutnya. Orang-orang Badui itu duduk berhadap-hadapan dengan Bapa Gede beserta perangkat daerah lainnya.

Ritual Seba dimulai dengan pembukaan yang disampaikan Jaro Tanggungan 12 Saidi Putra. Dia mengucapkan sambutan dalam bahasa Sunda lama. Isinya adalah ucapan rasa syukur atas hasil panen yang baik. Selain itu, disampaikan harapan-harapan agar pemerintah ikut menjaga alam.

Selanjutnya, ucapan penerimaan dari kepala daerah yang bisa diucapkan dalam bahasa Indonesia. Serta ungkapan komitmen untuk turut menjaga alam dan menjaga tanah ulayat suku Badui.

Ritual berikutnya adalah penyerahan laksa oleh Jaro Tanggungan 12 kepada kepala daerah. Barang bawaan lain seperti pisang, gula aren, bambu muda, dan beras tidak diserahkan secara simbolis. Sebagai imbal balik, kepala daerah memberikan kadeudeuh (semacam bingkisan) bagi masyarakat Badui.

Acara itu belum sepenuhnya selesai. Jaro Pamarintah atau yang dikenal pula sebagai Kepala Desa Kanekes Saija lantas memberikan sambutan berbahasa Indonesia bercampur Sunda. Sambutan itu diperlukan untuk memperjelas maksud dan tujuan warga Badui melakukan Seba itu.

Suku Badui Dalam tetap menjaga tradisi warisan leluhur, salah satunya ritual Seba khusus untuk kaum laki-laki.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close