Rizal Ramli Berbagi Kiat Sukses Restrukturisasi Korporat
jpnn.com, JAKARTA - Mantan Menko Perekonomian, Dr. Rizal Ramli berbagi kiat kesuksesan tim ekonomi yang dipimpinnya pada era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur terutama dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dari pertumbuhan ekonomi negatif ke positif. Menurut Rizal, salah satu strategi kebijakan yang dijalankan Tim Ekonomi Gus Dur sehingga sukses mempercepat pertumbuhan ekonomi dari negatif 3 persen ke positif 4,9 persen adalah melalui program restrukturisasi korporasi milik negara maupun unit usaha swasta.
“Tim ekonomi sukses mempercepat pertumbuhan ekonomi dari negatif (-) 3 persen ke positif (+) 4,9 persen, dengan sambil mengurangi utang pemerintah, dan mencapai indeks Gini Ratio terendah (0,31) sepanjang sejarah Indonesia adalah melalui program restrukturisasi korporasi milik negara maupun unit usaha swasta,” kata Rizal Ramli kepada wartawan, Jumat (22/12).
Lebih lanjut, mantan Menko Kemaritiman ini menyebutkan sejumlah contoh sukses restrukturisasi korporat tim Ekonomi yang dipimpinnya pada Era Gus Dur. Antara lain, restrukturisasi Bulog, PT Dirgantara Indonesia (PT DI), dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), pemisahan manajemen PT Telkom dan PT Indosat, serta penanganan Bank Internasional Indonesia (BII). Selain itu, kebijakan di sektor properti, Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Usaha Tani.(fri/jpnn)
Berikut ini contoh sukses strategi dan Kebijakan restrukrisasi
1. Bulog
Bulog yang pada masa Suharto dikenal sebagai lembaga yang sangat korup, diubah oleh tim ekonomi Gus Dur menjadi lembaga yang transparan, profesional, dan akuntabel. Langkah pertama adalah melakukan mutasi besar-besaran yang mencakup 5 pejabat eselon satu (Deputi) dan 54 pejabat eselon dua (Kepala Biro dan Kepala Dolog). Dari 26 Kepala Dolog, 24 di antaranya dipensiunkan atau dimutasi.
Menurutnya, total sekitar 80 karyawan di bawahnya dipensiunkan secara dini. Langkah berikutnya adalah memangkas rekening Bulog dari 117 rekening menjadi hanya 9 rekening. Sistem pembukuan di Bulog yang tidak jelas standarnya diubah menjadi General Accepted Accounting Principles, sehingga dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan. Ketika selesai dibenahi, Bulog surplus Rp 5 triliun (yang akhirnya malah dibelikan pesawat Sukhoi pada era setelah Gus Dur).
Rizal mengungkapkan Bulog di era Gus Dur juga meningkatkan pembelian gabah, bukan beras, dari para petani. Hal ini untuk memotong kecurangan para tengkulak yang sebelumnya selalu membeli gabah petani, mengoplosnya dengan beras impor, baru menjualnya ke Bulog. Langkah ini efektif karena gabah lebih tahan lama disimpan di gudang-gudang Bulog ketimbang beras.