Sang Pangeran
Oleh: Dhimam Abror DjuraidMachiavelli sangat menganjurkan agar Sang Pangeran tidak dibenci. Kalau harus memilih apakah Sang Pangeran harus ditakuti atau dicintai, ia menyatakan, "Seorang Pangeran yang bijaksana harus membangun kekuasaannya berdasarkan apa yang ia kuasai, dan bukan berdasarkan apa yang orang lain kuasai. Sang Pangeran harus berusaha agar ia tidak dibenci. Yang terbaik adalah ditakuti dan dicintai. Namun, kalau seseorang tidak dapat dua-duanya, maka lebih baik ditakuti daripada dicintai."
Pandangan Sang Pangeran ini sekarang diuji di arena EURO 2020.
Akankah timnas Italia menjadi tim yang dicintai ataukah ditakuti?
Apakah mereka ingin bermain cantik dan dipuja-puji oleh penggemar sepak bola di seluruh dunia, tetapi tidak menjadi juara, atau ditakuti dan malah dicaci maki, tetapi menjadi juara.
Tentu opsi kedua yang dipilih. Berapa banyak penggemar sepak bola dunia yang tidak menyukai gaya permainan Italia? Tentu sangat banyak.
Italia tidak peduli. Mereka boleh saja tidak menyukai Italia, tetapi yang penting mereka takut kepada Italia. Kalau pada akhirnya Italia menjadi juara, maka itulah "the ultimate goal", puncak cita-cita yang paripurna.
Filosofi Sang Pangeran diterapkan dengan sangat tepat di Italia. Sangat penting untuk mendapatkan kemenangan, dan sangat penting mempertahankannya dengan berbagai cara. Dan yang lebih penting adalah, menjadi juara dengan menerapkan bebagai cara yang memungkinkan.
Gaya sepak bola Italia adalah gaya sepak bola Sang Pangeran. Terkesan pragmatis dan tidak memberi penekanan kepada keindahan.