Satu Bulan Wafatnya Jiang Zemin
Oleh Darwin Iskandar*Teori Deng Xiaoping diperkaya dengan Teori Tiga Mewakili Jiang Zemin. Hukum negasi dari negasi berlaku dalam perkembangan Teori Sosialisme Berkepribadian Tiongkok.
Berdasarkan penyimpulan pengalaman praktik pembangunan sosialisme di Tiongkok, muncullah rumusan baru melengkapi yang lama. Teori lama tidak ditinggalkan atau dibuang.
Menurut Suroso, Marxisme dari perspektif filsafat ilmu pengetahuan tidaklah mandek, tetapi berkembang terus. Pandangan Xi dan Suroso di atas bisa saja dianggap sebagai bentuk rasionalisasi ideologi Marxisme-Leninisme di Tiongkok, seperti halnya Mao mesinifikasikan Marxisme melalui jalan “Desa Mengepung Kota”, “Perang Revolusi Agraria” dan “Demokrasi Tipe Baru” yang dianggap menyimpang dari Marxisme.
Namun, seperti yang disampaikan oleh Jiang ketika meyakinkan kelompok konservatif, Marxisme itu bukan dogma. Menurutnya, kebijakan ditentukan berdasarkan realita kondisi negara (Kuhn, 2010:97) atau seperti yang diajarkan oleh Mao tentang “mencari kebenaran dari kenyataan”, yaitu menemukan kebenaran melalui praktik dan melalui praktik menguji serta mengembangkan kebenaran.
Menurut Suar (Suroso, Op. Cit., 376), mencari kebenaran dari kenyataan adalah dasar dari ideologi Marxisme. Upaya sinifikasi Marxisme atau menerapkan Marxisme sesuai dengan syarat?syarat objektif Tiongkok juga dilakukan oleh para pemimpin Tiongkok pasca Mao.
Teori Tiga Mewakili yang digagas oleh Jiang sebagai jawaban atas pertarungan geopolitik internasional saat itu, terpuruknya perekonomian Tiongkok akibat konflik dalam negeri khususnya Peristiwa Tiananmen 1989, dan runtuhnya Uni Soviet dan negara-negara satelitnya (Zemin, Op. Cit. 2002).
Dalam pertarungan geopolitik internasional pada saat itu, Amerika Serikat menggunakan dalih Peristiwa Tiananmen untuk meminta kepada lembaga-lembaga pinjaman internasional agar menunda memberikan pinjaman hutang baru kepada Tiongkok. Bagi RRT, pinjaman baru menjadi stimulus dalam pembangunan reformasi dan keterbukaan mereka.
Implikasi dari tindakan lembaga-lembaga ekonomi negara-negara Barat ini menyebabkan merosotnya nilai ekspor dan meningkatnya defisit perdagangan RRT pada 1989 (Dittmer, 1990:37-38). Barry Naughton (2009:15) menilai Peristiwa Tiananmen memicu perubahan pola perekonomian dan politik RRT ke depan.