Sebelum Digadang-gadang Belanda, Kartini Hanya...
Pada acara puncak di Societeit Yogya, panitia mengumumkan rombongan Sujatin sebagai pemenang.
"Hati rasanya berdetak keras di saat-saat nama saya dipanggil untuk menerima hadiah itu," Sujatin bernostalgia.
Saat melangkah menuju panggung, untuk menerima hadiah yang diserahkan Sri Sultan Hamengkubowono VIII, batin Sujatin berkecamuk.
Semangat buku Habis Gelap Terbitlah Terang-nya Kartini membayang.
Di hadapan hadirin, seluruh residen dan pejabat Gubernemen, apakah dia harus terlebih dulu menyembah pada Kanjeng Sultan Yogya--sebagaimana lazim dilakukan zaman itu.
Karena kuatnya piganta surat-surat Kartini, "akhirnya perasaan sayalah yang menang. Saya tidak menyembah Gusti Sultan pada waktu menerima hadiah dari beliau."
Sekian tahun kemudian, saat menggagas Kongres Perempuan pertama, Sujatin lagi-lagi mengusung Raden Ajeng Kartini sebagai topik utama.
Piganta tak sampai di situ. Wage Rudolf Supratman, wartawan koran Sin Po, terinspirasi membuat lagu Ibu Kita Kartini, sepulang meliput kongres tersebut.