Semoga Bayu Tidak Amnesia dengan Kebijakannya Dulu
Indikator tersebut meliputi angka ramalan (ARAM) 1 yang minus 1,98%, stok Bulog yang di bawah 2 juta ton, dan harga beras yang naik. I
“Ini teori yang salah. Sebab kini kenyataan lapang ternyata tidak demikian. kini 2018 beras impor sudah masuk. Nih coba lihat kondisi di lapangan. Saat ini sudah lewat panen raya, pasokan di Pasar Beras Induk Cipinang sudah naik dua kali lipat yakni 51 ribu ton dari normalnya hanya 20 ribu sampai 30 ribu ton. Begitu pun stok Beras di Bulog 2,7 juta ton, tapi ternyata harga tetap tinggi kan,” terangnya.
Oleh sebab itu, sambung Bambang, kondisi perberasan saat ini menujukkan terjadi anomali yakni pasokan tinggi tetapi harga tetap tinggi. Dengan begitu, tidak sejalan dengan teori-teori ekonomi selama ini yang dianut.
Kondisi perberasan selama ini seharusnya dinilai bahwa ada yang dalam pasar beras, yakni terdapat unsur permainan mafia yang menginginkan impor beras.
“Mudah-mudahan dan moga-moga tidak lupa ingatan atau amnesia statement waktu menjabat dulu. Apa yang telah dilakukan waktu lalu?, Waktu menjabat mestinya tidak hanya berteori tapi mesti memahami fakta dan kondisi lapangan. Bukan hanya berteori dan kebijakan saja, tapi mesti diimplementasikan dong. Atau mudah-mudahan tidak menjadi bagian dari corong mafia,” ujarnya.
“Itu salah statement ya mesti bertanggung jawab pada publik dong, minta maaf lah terhadap teori-teori pembenaran stock dan supply sehingga harga tinggi itu,” pintanya.
Bambang pun menegaskan satu hal lagi perlu menjadi catata penting yaitu terkait dengan data beras. Kesalahan data beras sudah berlanjut sejak 1997.
Dengan demikian, pada saat menjabat Wakil Menteri Pertanian 2010-2014 tentu juga menggunakan data sudah salah, sehingga kenapa waktu itu diam saja atau tidak ada upaya untuk melakukan perbaikan.