Semoga Corina Segera Bertemu Pasangan dan Berkembang Biak
Prof Satyawan dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terlibat dalam evaluasi habitat untuk pelepasliaran Corina, mengatakan bahwa satu individu harimau butuh wilayah jelajah hingga 10.000 hektare.
"Karena itu, kita evaluasi area yang jauh lebih luas dari itu. Paling tidak ada sekitar 700 ribu hektare yang kita telah evaluasi untuk pelepasliaran Corina," jelasnya.
Sebelumnya, tim penyelamat dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mengevakuasi satu harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dari area konsesi hutan tanaman industri di Kabupaten Pelalawan pada 29 Maret 2020, saat virus Corona mulai merajalela.
Harimau betina berusia tiga tahun yang satu kakinya terluka parah karena kena jerat baja itu kemudian dinamai Corina.
Kepala BBKSDA Riau Suharyono mengatakan saat dievakuasi kondisi Corina memprihatinkan.
Tim penyelamat saat itu memutuskan membawa satwa dilindungi itu ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD ARSARI) milik Yayasan Arsari Djojohadikusumo di Provinsi Sumbar.
Corina menjalani perawatan dan rehabilitasi selama sekitar delapan bulan di fasilitas tersebut. Harimau itu dilepasliarkan setelah dinilai mampu bertahan hidup di alam liar.
"Pelepasliaran Corina ini kita harapkan bisa memberikan pembelajaran, bahwa konsep konservasi satwa berupa penyelamatan, rehabilitasi, dan pelepasliaran jadi sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan," kata Suharyono.(antara/jpnn)