Soft Landing
Oleh Dhimam Abror DjuraidDevelopmentalisme ala Malaysia membawa negara menjadi kompetitif dan mempertahankan kontrol politik yang ketat terhadap lawan-lawan politik. Developmentalisme Indonesia membawa kesejahteraan pembangunan ekonomi dengan mengorbankan demokrasi.
Apakah demokrasi bisa membuat kenyang? Itulah pertanyaan yang coba dijawab oleh developmentalisme. Tiga pilot itu menjawab bahwa demokrasi tidak bisa membuat kenyang, karena itu harus mengalah dulu untuk memberi jalan kepada pembangunan ekonomi. Kalau perut sudah kenyang, baru orang bisa berdemokrasi dengan sehat.
Filsuf dan ekonom India Amartya Sen tidak sependapat. Menurutnya, pembangunan ekonomi yang mengorbankan pembangunan demokrasi akan membawa ketidakseimbangan yang bisa menyebabkan crashed landing.
Menurut Sen, pembangunan harus menjadi pembebasan. "Development as Freedom’’ seperti yang ditulis dalam bukunya.
Ia mengkritik tolok ukur pembangunan yang hanya diukur berdasarkan kekayaan materi. Menurutnya, aspek metafisik seperti kebahagiaan dan kebebasan terhadap diskriminasi juga memiliki relasi dengan aspek materi atau kekayaan.
Amartya Sen juga memberi penjelasan mengenai apa yang ia sebut sebagai ketidakbebasan. Ia menyebutkan bahwa banyak kelompok maupun individu di berbagai penjuru dunia yang masih mengalami berbagai macam ketidakbebasan.
Ia juga menambahkan, banyak negara besar di dunia menyangkal adanya hak berpendapat oleh individu, hal ini mereka yakini agar pertumbuhan ekonomi dapat dimonitor dengan baik dan cukup mendorong kesejahteraan masyarakat.
Perenggutan kebebasan tersebut mencakup hak politik dan menyatakan pendapat. Klaim tersebut salah satunya dinyatakan oleh Lee Kuan Yew yang juga Perdana Menteri Pertama Singapura.