Sulap atau Futsal di Dek saat Tunggu Waktu Bertugas
Merapat ke daratan pada tengah malam saat pencarian tidak dilakukan, menjelang pagi sudah harus sudah bertolak. Kegiatan mengisi logistik itu dilakukan sejarang-jarangnya, demi melakukan pencarian secara maksimal.
Karena itu, Basarnas menyiapkan makanan kaleng. Makanan tersebut terdiri atas tiga menu, yakni nasi goreng ayam, bubur kacang hijau, dan tropical fruit cocktail. Tiap kaleng yang bentuknya mirip kaleng sarden itu berisi 180 gram. Sedikit di atas porsi rata-rata orang pada umumnya, yakni 150 gram.
Sebenarnya, ada anjuran agar makanan kaleng tersebut dipanaskan. Caranya, direndam air mendidih selama 20 menit.
Berhubung di kapal sulit memasak dan tim sudah lapar, sering kali makanan kaleng itu langsung dilahap. Memakannya pun tidak perlu sendok. Penutup kaleng yang sudah melengkung difungsikan sebagai sendok dan tim pun makan dengan lahap.
Saat pindah ke KN SAR Purworejo yang lebih besar, kesempatan memasak lebih terbuka. Terutama apabila laut sedang tenang.
Di kapal tersedia nasi putih. Namun, beberapa anggota tim memilih mengombinasikan enam porsi nasi goreng kaleng, mi instan, dan telur. Tentu dengan bumbu seadanya. Toh, kombinasi anyar itu langsung ludes karena kami semua lapar.
Apabila laut sedang mengamuk, para penumpang kapal tidak bisa berbuat banyak selain menunggu badai reda. KN 224 yang berukuran 40 x 7 meter terbanting-banting di laut saat tinggi ombak mencapai 3 meter.
Sementara itu, saat pindah ke KN Purworejo yang berukuran 60 x 14 meter, kami harus menghadapi ombak lebih tinggi, yakni nyaris 5 meter, dan durasi badai yang lebih lama.