Sumbawa Perlu Pemimpin yang Cerdas untuk Mengurangi Pengangguran
Ali mencontohkan soal jagung, pemerintah bangga karena telah mengirim 200 ribu ton jagung ke Filipina, namun persoalannya, produksi jagung belum dapat dipastikan cocok untuk diolah di Sumbawa.
Ali menyarankan peran desa melalui BUMDes sebenarnya bisa diandalkan, bahkan menjadi sumber pemasukan masyarakat nantinya, tetapi ini yang belum berjalan maksimal yaitu memberdayakan masyarakat untuk terlibat dalam sejumlah peluang di desa.
“Analisa mengenai potensi Sumbawa ini adalah kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Pemimpin cerdas dapat menjawab tantangan menjadi peluang. Jangan sampai kita mengirim bahan baku dari Sumbawa ke daerah lain dengan harga murah tetapi nantinya akan dikirim lagi ke Sumbawa dengan produk yang bernilai tinggi, kita yang rugi,” tutur Ali.
Ali pun l mengingatkan rencana Pemerintah Provinsi NTB membangun kilang minyak dan transportasi kereta api di Pulau Sumbawa agar dapat berdampak positif bagi masyarakat untuk menyerap tenaga kerja lokal. Namun, Ali khawatir pemerintah daerah hanya mendapatkan "ampas" dari rencana kegiatan strategis daerah itu.
Harusnya rencana membuat transportasi kereta api juga harus melalui survey panjang dan secara keseluruhan, karena akan berefek buruk bagi usaha transportasi lainnya seperti bus atau angkutan umum konvensional.
Di lain pihak, Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Herry Yogaswara menerangkan, ada banyak faktor yang menyebabkan suatu daerah dilanda kemiskinan.
Misalnya, faktor budaya yang berkembang, atau persoalan kebijakan. “Semuanya berkelindan,” sebutnya.
Sepengamatan Herry, kebijakan pemerintah daerah yang untuk mengatasi berbagai permasalahan utama masih sangat langka dan tidak berkesinambungan. Misalnya penanganan stunting, yang sedikit banyak juga berkaitan dengan masalah kemiskinan.