Wallahi, Gamawan Siap Dihukum Mati Jika Terima Rasuah e-KTP
jpnn.com, JAKARTA - Mantan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mengaku siap dihukum mati jika sampai menikmati aliran uang dari patgulipat proyek kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP). Gamawan menyatakan itu di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (29/1) sebagai saksi bagi persidangan terhadap Setya Novanto yang menjadi terdakwa kasus e-KTP.
Menurut Gamawan, dirinya selalu dicurigai sebagai pihak yang ikut menikmati uang e-KTP. Karena itu, dia siap buka-bukaan dan mempertanggungjawabkan perbuatannya bila memang sampai terbukti ikut menikmati uang dari proyek nasional di Kementerian Dalam Negeri itu.
"Saya siap dihukum mati, Yang Mulia. Saya sering dicurigai, silakan cek saja. Sama sekali tidak ada niatan saja. Kalau ada foto atau apa, lalu juga saya dicurigai ke Singapura juga. Ini sudah fitnah keterlaluan," ujarnya di kursi saksi.
Mantan gubernur Sumatera Barat itu juga mengaku tak tahu soal uang yang diterima adiknya, Azmin Aulia. Pada persidangan terhadap Andi Agustinus alias Andi Narogong terungkap bahwa Azmin menerima sebuah ruko dari Direktur PT Sandipala Arthaputra Paulus Tanos selaku anggota konsorsium penggarap proyek e-KTP.
"Tidak pernah, Yang Mulia. Ke kantornya saja saya tidak pernah. Kantornya, ruangannya di mana, saya tidak tahu," kata Gamawan.
Karena itu Gamawan berani bersumpah bahwa dirinya sama sekali tak menerima uang haram dri e-KTP. Dia menantang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk membuktikan bahwa dirinya kecipratan uang korupsi.
"Satu sen pun saya tidak pernah terima. Demi Allah, saya ini anak ulama, Yang Mulia. Ada tiga dosa besar, pertama sirik, kedua melawan orang tua, ketiga sumpah palsu. Silakan buktikan kalau ada satu sen pun saya terima," tambahnya.
Sebelumnya berdasar pada surat dakwaan atas dua mantan pejabat Kemendagri Irman dan Sugiharto, ada aliran uang ke Gamawan dari proyek e-KTP. Nilainya USD 4,5 juta.