Surat Cinta
Oleh: Dahlan IskanItu foto ketika Bung Karno lagi diam-diam ke Surabaya. Ke rumah Hariyatie. Di Jalan Comal.
Rumah ini nyaris di tikungan sehingga terlihat jelas dari Jalan Raya Darmo, jalan paling utama di Surabaya.
Nanang mengunjungi rumah itu kemarin. Masih seperti yang dulu. Tak berpenghuni. Terkunci. Telantar. Terbengkalai. Kotor. Rusuh. Penuh rumput liar.
Rumah di Jalan Comal itu diduga pemberian Bung Karno. Keluarga Hariyatie tidak mungkin bisa membeli rumah di kawasan begitu elite. Hariyatie lahir di kampung Manyar Pumpungan, salah satu kampung miskin di Surabaya zaman itu.
Di kampung itu Hariyatie ikut kelompok kesenian. Ia pandai menari. Tari Jawa. Seperti gandrung dan langendrian.
Kelompok kesenian Manyar Pumpungan itu di bawah pimpinan Dwijo. Saya ingin melacak keberadaan kelompok tari ini. Kok begitu hebat. Sampai diundang menari di Istana Cipanas. Tampil di depan Presiden Bung Karno.
Saat di Cipanas yang sejuk itulah Bung Karno tertarik pada Hariyatie. Lalu diperintahkan untuk pindah ke Jakarta. Diangkatlah dia menjadi pegawai di Sekretariat Negara –bagian kesenian.
Bung Karno pun bisa tetap dekat dengan Hariyatie. Presiden sering titip surat cinta ke pegawai baru di Setneg itu.