Tantang Parpolnya Sambut Prabowo, Sejumlah Kader PSI Susul Guntur Romli Undur Diri
Dia menyampaikan FKSMJ salah satu kekuatan terbesar mahasiswa pada masa itu yang berhasil menjatuhkan pemerintahan otoriter Soeharto, yang di masanya, Prabowo Subianto mendapat banyak kekebalan melalui praktik KKN.
“Yang kita tahu, isu KKN adalah salah satu pondasi perjuangan mahasiswa saat itu hingga hari ini. Probowo Subianto banyak menikmati pemerintahan korup Orba. Mulai dari karier di militer hingga jejaring bisnis yang mengurita. Saya bersyukur saat TNI memecat Prabowo Subianto dari TNI. Rasa syukur ini menambah besar karena Indonesia lepas dari pemerintahan otoriter yang korup Orde Baru,” kata dia.
Dwi juga menyampaikan penolakan dirinya terhadap Probowo Subianto sudah dimulai sejak menjadi anggota HMI pada 1992. Saat itu, dia mengaku menyuarakan keadilan dan kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Pada pilpres 2014-2019, saya memilih Jokowi, di samping karena rekam jejak dan hasil karya Pak Jokowi yang yahud, satu sisi karena saya menolak Prabowo Subianto menjadi pemimpin di Indonesia. Kenapa? Karena Prabowo dan pengikutnya tidak henti-henti memainkan isu SARA, bergandengan tangan dengan kelompok-kelompok radikal dan intoleransi,” jelas Dwi.
Dwi juga menyebut sejarah mencatat nama Prabowo Subianto sering disebut sebagai dalang dari penculikan aktivis.
“Keluarga korban, yang hingga kini masih mencari keadilan, masih berharap sanak keluarga yang hilang, diculik bisa kembali ke pangkuan keluarga,” tambahnya.
Dia menerangkan Prabowo ikut menikmati pemerintahan Orde Baru yang korup, hingga ikut serta dalam dua kali kontestasi presiden (2014 dan 2019), dengan narasi-narasi penuh fitnah dan kebohongan. Menurut dia, Prabowo juga mengikutsertakan kelompok intoleran dan radikalis dalam barisannya.
“Menentang dan mengambil sikap untuk pergerakan menolak Prabowo Subianto memimpin negeri yang berbineka ini,” tegas Dwi. (Tan/JPNN)