Tantangan Anies soal Adu Gagasan dan Penantian akan Pikiran Bakal Capres Lain
Oleh Zaenal A Budiyono*Alih-alih menanggapi tantangan itu, pendukung Prabowo maupun Ganjar justru menyerang balik Anies dengan menyebutnya sebagai capres bermodal omong doang alias omdo yang pintar bernarasi dan mengobral janji.
Respons semacam itu jelas sebuah kemunduran demokrasi karena hal tersebut menandakan kegagalan pendidikan politik. Semoga itu hanya reaksi pendukung Prabowo atau Ganjar dan bukan sikap asli kedua capres yang memperoleh endorsement dari Presiden Joko Widodo tersebut.
Justru dengan adanya tantangan adu gagasan dari Anies, hal itu bisa menjadi media bagi Prabowo maupun Ganjar untuk menunjukkan kelas mereka. Artinya, jika serangan ABW terbukti hanya klaim, mereka berdua bisa menyajikan data pembanding atau strategi lain.
Bagi voters, sajian adu gagasan jauh-jauh hari juga sangat baik sebagai bagian dari pendidikan politik untuk pemilih. Saluran-saluran komunikasi publik yang sesak gagasan dan pikiran akan dengan sendirinya mereduksi praktik jual-beli suara atau mobilisasi suara.
Praktik semacam itu biasanya berjalan pada kelompok pemilih yang tidak mendapat informasi cukup mengnai apa yang akan dilakukan para kandidat jika terpilih. Dengan kata lain, adu gagasan antar-capres akan meningkatkan kecerdasan politik kolektif dalam waktu singkat.
Semoga saja setelah Anies melontarkan tantangannya, ada capres yang lain segera menjawab ajakan itu dengan ide, visi, dan misi yang tak kalah hebat.
Jika itu terjadi, pilpres akan berlangsung menarik, sekaligus mencerdaskan, bukan sekedar idol contest yang membosankan.(***)
*Penulis adalah dosen Fisip Universitas Al-Azhar Indonesia/Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) Asia
Jangan Lewatkan Video Terbaru: